Fatayat NU Jadi Delegasi PBNU Hadiri Zayed Award di Abu Dhabi
Sabtu, 8 Februari 2025 | 08:00 WIB
Ketua Umum PP Fatayat NU Margaret Aliyatul Maimunah dan Wasekjen PBNU Najib Azca saat menghadiri Zayed Award di Abu Dhabi, Senin-Kamis (3-5/2/2025). (Foto: dok. Fatayat NU)
Jakarta, NU Online
PBNU menghadiri undangan Zayed Award for Human Fraternity Summit yang diselenggarakan di Abu Dhabi, Senin-Kamis (3-5 Februari 2025). Hadir mewakili PBNU Wakil Sekjen PBNU Muhammad Najib Azca dan Ketua Umum PP Fatayat NU, Margaret Aliyatul Maimunah.
Kegiatan Zayed Award for Human Fraternity Summit tahun 2025 ini merupakan penyelenggaraan yang ke-6 dan berlangsung selama 3 hari dengan berbagai rangkaian kegiatan. Tahun lalu, NU bersama Muhammadiyah menerima penghargaan Zayed Award.
Pada Hari pertama, telah dilaksanakan Pembukaan di Abrahamic Family House dan dilanjutkan dengan Majelis Persaudaraan Kemanusiaan yang menghadirkan sejumlah tokoh dunia. Presiden Republik Timor Leste dan penerima Nobel Persamaian pada 1996 Jose Ramos Horta menyampaikan Pidato Kunci.
Salah satu sesi bertopik Legacies of Peace: Zayed Award for Human Fraternity and Nobel Peace Laureates for Global Fraternity Najib Azca menjadi pembicara dalam sesi tersebut bersama Imam Addaruqutni dari PP Muhammadiyah, Prof Magdi Yakoub, serta dua penerima Nobel Perdamaian yaitu Ira Helfand dan Leymah Gbowee. Helfand merupakan Presiden The Prevention of Nuclear War sedang Gbowee merupakan aktivis dan pendiri lembaga perdamaian Gbowee.
Sedangkan kegiatan pada hari kedua merupakan seremonial pemberian penghargaan bernama "Zayed Award for Human Fraternity" yang digelar di Museum the Founder dan dilanjutkan Gala Dinner yang digelar di Emirates Palace.
Agenda pada hari ketiga adalah diskusi meja bundar, sebuah diskusi terbatas oleh perwakilan pemimpin dari berbagai negara dan para penerima penghargaan Zayed Award tahun 2025. Acara dilanjutkan dengan penutupan yang dilaksanakan di hotel St. Regis, Abu Dhabi.
Margaret Aliyatul Maimunah memberikan apresiasi atas penyelenggaraan pemberian penghargaan ini. Ia pun mendukung bahwa persaudaraan kemanusiaan dan perdamaian tidak lahir dengan sendirinya atau bisa diwujudkan oleh komunitas atau organisasi.
"Namun, pencapaian tersebut tentu membutuhkan kolaborasi berbagai pihak dan stakeholder yang kuat dan lebih luas. Untuk itu, upaya-upaya perlu terus dilakukan untuk membangun kesadaran dan komitmen banyak pihak," ujar Margaret dalam keterangannya,
Menurutnya, kegiatan yang ia ikuti tersebut dapat diimplementasikan dalam program kerja di Fatayat NU. Fatayat NU yang juga mendorong ukhuwah basyariyah selain ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah sudah senafas dengan prinsip dan nilai dalam penyelenggaraan Zayed Award for Human Fraternity.
"Fatayat NU tentu tinggal melanjutkannya dalam realisasi program kerja organisasi. Menguat Bersama dan maju bersama untuk perempuan Indonesia dan peradaban dunia tanpa batas perbedaan apapun, baik suku, agama, dan lain-lain," tandas Margaret.