Filolog: Turats Ulama Nusantara sebagai Jati Diri Bangsa
Kamis, 23 Desember 2021 | 07:30 WIB
"Karya ulama Nusantara penting menjadi pedoman dan referensi keilmuan bagi kaum pesantren," kata Ahmad Ginanjar Sya'ban (Foto: istimewa)
Jakarta, NU Online
Dalam rangka menyambut dan ikut serta meramaikan Muktamar Ke-34 NU di Lampung, para penggiat manuskrip karya ulama Nusantara menggelar seminar turots dengan tema Membumikan Turats Ulama Nusantara Meneguhkan Jati Diri Bangsa di Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Kota Bandar Lampung, Selasa (21/22/2021).
Salah satu penulis manuskrip karya ulama Nusantara Ahmad Ginanjar Sya'ban mengatakan, seminar turats ini bagian dari upaya para penggiat untuk membangkitkan kesadaran pentingnya menjaga dan melestarikan warisan intelektual para ulama nusantara melalui karya-karyanya.
"Kita bersama-sama membangkitkan kesadaran akan pentingnya memiliki harta karun peradaban karya ulama Nusantara yakni turatsnya agar kemudian karya-karya ulama Nusantara ini bisa hadir kembali menjadi bagian dari identitas jati diri bangsa," ungkap Ginanjar
Di samping itu, karya ulama Nusantara penting menjadi pedoman dan referensi keilmuan bagi kaum pesantren. Menurut dia kitab-kitab karya ulama Nusantara selama ini banyak dikaji di Islam Timur Tengah seperti pendidikan tertua di dunia yakni Al Azhar Kairo, Mesir.
"Target kita ini menumbuhkan dan membangkitkan kesadaran di kalangan santri-santri Nahdliyin bahwasanya kita para santri-komunitas pesantren, para ulamanya memiliki warisan pemikiran tertulis yang luar biasa kaya. Kitab-kitab beliau bukan hanya dikaji di dalam negeri tetapi diajarkan di Timur Tengah dan institusi pendidikan Islam lainnya," paparnya.
Dosen Pascasarjana Unusia Jakarta tersebut berharap ke depan manuskrip karya ulama nusantara ini memberikan semacam catatan kaki untuk merefleksikan bahasa ilmiah dengan bahasa milenial.
Banyak inspirasi
Ketua Lembaga Talif Wannasir (LTN) Jawa Timur, Ahmad Najib menambahkan, ulama dahulu telah banyak memberi inspirasi bagi generasi sekarang terutama menyangkut pola dan cara meneguhkan jati diri sebuah bangsa melalui khazanah pemikiran mendalam yang tertuang dalam banyak manuskrip.
Namun, saat ini tidak sedikit dari generasi sekarang cenderung melupakan hal itu dan lebih senang menerima hal-hal baru yang belum bisa dipastikan manfaatnya. Atas dasar itu, para filolog dan penggiat manuskrip pesantren merancang berbagai upaya membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya melestarikan khazanah turats Nusantara.
Seminar ini menghadirkan para penulis, peneliti manuskrip kuno dan para intelektual muda NU seperti Pengasuh Pesantren Darul Ulum Jombang KH Afifudin Dimyati, Dosen Pascasarjana Unusia Jakarta Mahrus el Mawa, Dosen Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, KH Mujab Mashudi, intelektual muda NU, Ulil Abshar Abdalla.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan