Prasasti Kampung Toleransi di Kampung Toleransi di Gang Luna, Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat. (Foto: dok. istimewa)
Bandung tak pernah kehabisan cerita menarik. Mulai dari predikat surganya kuliner aci, cerita paras pemuda-pemudinya yang identik cantik, hingga tingginya budaya toleransi.
Sebagai kota yang memiliki ciri keanekaragaman sosial, sejatinya Bandung menyimpan potensi konflik bersumber dari keanekaragaman tersebut. Kendati demikian, keragaman bukanlah parit bagi Bandung untuk terus menjunjung sikap toleransi sebagai modal utama membentuk kehidupan yang rukun dan harmonis di tengah kebudayaan pluralisme. Salah satu yang menarik dari budaya toleransi di Kota Bandung adalah dengan adanya Kampung Toleransi.
Kampung Toleransi di Kota Bandung merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mengapresiasi kepada suatu daerah yang memiliki tingkat toleransi yang sangat baik, aktif, dan progresif. Kampung Toleransi diinisiasi sebagai upaya pemeliharaan keberagaman dan kebhinekaan di Kota Bandung.
Hingga saat ini, terdapat sejumlah Kampung Toleransi di Kota Bandung, salah satunya adalah Kampung Toleransi di Gang Luna. Kampung Toleransi Gang Luna merupakan sejumput praktik bertoleransi di kota kembang ini. Berlokasi di RW 04, Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat. Kampung Toleransi Gang Luna memiliki cerita di balik peresmiannya menjadi episentrum toleransi.
Ciri khas mencolok dari bentuk toleransi di Gang Luna adalah dengan terdirinya sejumlah tempat ibadah dari agama yang berbeda. Diketahui, terdapat empat gereja, empat wihara, dan dua masjid. Keberadaan sejumlah tempat ibadah tersebut saling berdekatan satu sama lain. kendati demikian, tiada pernah terdengar kabar bentrok dan rusuh antarumat beragama di sana.
Peta persebaran rumah ibadah
Sejumlah rumah ibadah dari beragam keyakinan di Gang Luna diketahui saling berdekatan. Terdapat empat gereja, empat wihara, dan dua masjid di Kampung Toleransi ini.
Empat gereja tersebut adalah gereja Pantekosta, gereja Rehoboth Ebenhaezat, gereja Bethseda, dan gereja Jemaat Kristus. Empat wihara di antara lain, wihara Yasodhara, wihara Terang Hati, wihara Aman, dan wihara Ratnapani. Terakhir, dua masjid yang terdapat di Kampung Toleransi Gang Luna adalah masjid Al-Amin dan masjid Al-Asror.
Gereja Pantekosta berlokasi di Jalan Pagarasih No 136. Gereja Rehoboth Ebenhaezat terletak di Gang Luna IV No 11. Gereja ini berdekatan dengan Masjid Al-Asor. Gereja Bethseda terletak di Gang Luna No 10. Terakhir, gereja Jemaat Kristus Indoneisa terletak di Gang Luna NO 9, berdekatan dengan gereja Bethesda.
Wihara Yasodhara terletak di Jalan Pagarsih No 158. Wihara Yasodhara Merupakan wihara terbesar di RW 04 ini. Wihara Terang Hati terletak di Jalan Pagarasih No 128. Terakhir, wihara Aman terletak di Gang Luna No 10 berdekatan dengan gereja Bethesda. Wihara Ratnapani terletak di Gang Luna IV No 6.
Masjid Al-Amin terletak di Gang Luna dekat sungai menjadi batas wilayah Gang Luna dengan wilayah lainnya. Masjid Al-Asror terletak di Gang Luna IV No 15 letaknya di antara gereja Rehoboth dan wihara Ratnapani.
Peresmian Kampung Toleransi Gang Luna
Kampung Toleransi Gang Luna diresmikan pada 20 Agustus 2017 oleh Wali Kota Bandung yang menjabat saat itu, Ridwan Kamil. Acara peresmian berlangsung di lapangan Monek yang lokasinya tidak jauh dari gedung serbaguna RW 04, Kelurahan Jamika. Ridwan Kamil mendatangi langsung Gang Luna kemudian menandatangani monumen berbentuk batu yang disanggah keramik putih sebagai ciri khas Kampung Toleransi RW 04 tersebut.
Adapun acara peresmian tersebut dibuka pada pukul 16.30 WIB dengan penampilan barongsai dari perwakilan wihara di gang tersebut. Dilanjut dengan menyanyikan lagu Indoneisa Raya yang dibawakan oleh paduan suara dari gereja Bethesda dan diikuti oleh Ridwan Kamil juga warga setempat. Kemudian, sambutan-sambutan yang disampaikan oleh ketua Kampung Toleransi, Lurah Kelurahan Jamika, Ketua Kecamatan Bojong Loa Kaler, dan Ridwan Kamil. Dilanjut dengan penandatanganan monumen Kampung Toleransi oleh Ridwan Kamil.
Praktik toleransi di Gang Luna
Sikap rukun bergama di Gang Luna diketahui sudah ada jauh sebelum pendeklarasiannya sebagai Kampung Toleransi. Ketua Kampung Toleransi Gang Luna Dede Taryono menceritakan ihwal kerukunan di gang tersebut.
“Sebelum dideklarasikan sebagai Kampung Toleransi, di sini memang tingkat toleransi dan kebersamaan dalam bermasyarakat sangat tinggi sekali walaupun berbeda-beda keyakinan. Ada Kristen, Katolik, Buddha, Islam, dan Hindu. Walaupun Hindu cuma beberapa orang, ketika ada kegiatan yang berifat kemasyarakatan dan wilayah, seluruh warga sangat berpartisipasi,” terangnya.
Senada, Sekretaris Kampung Tolernasi Jahja Kosim turut menyampaikan bahwa sikap toleransi di Gang Luna bukan semata hadir setelah peresemiannya, melainkan sudah tertanam sejak dahulu kala.
“Saat mengundang sesepuh yang dulu aktif di karang taruna RW 04 ini, cerita yang didapat adalah tempat ibadah dari berbagai keyakinan yakni ada masjid, gereja, dan wihara ini sudah ada sejak mereka (sesepuh) tinggal di sini,” katanya.
Kosim juga menerangkan bahwa ketika adanya perayaan hari besar keagamaan baik Islam maupun non-Islam, baik secara finansial maupun jasa, masyarakat di sana saling bantu dan mendukung kesuksesan acara satu sama lain.
“Di sini jika ada perayaan Natal, masyarakat lain dari Muslim, Buddha, Hindu, dan Khonghucu membantu mengamankan dan menjaga lalu lintas. Sebaliknya, kalau Imlek, umat Islam dan agama lain juga ikut mengamankan. Kegiatan seperti ini sudah biasa dilakukan orang tua dulu,” paparnya.
Tokoh Masyarakat Islam setempat Iim Ibrahim turut mengatakan hal yang sama. Sikap saling bantu pada saat perayaan hari besar keagamaan telah mendarah daging di sana.
“Sebelumnya dibentuk Kampung Toleransi memang sudah terasa toleransinya. Jadi hidup ini serasa aman lah, saling bertoleransi, bantu-membantu. Contohnya, kalau kita merayakan hari besar Islam, mereka sangat mendukung keamananan. Begitupun saat Natal, kita jaga keamanannya,” terangnya.
Saat Ramadhan pun, Kampung Toleransi RW 04 turut mengadakan kegiatan buka bersama, seperti yang pernah berlangsung di wihara Dharma Ramsi. Secara administratif, wihara Dharma Ramsi bukan termasuk bagian dari wilayah Gang Luna.
Kendati demikian, wihara tersebut kerap melangsungkan kegiatannya di Kampung Toleransi Gang Luna. Hal tersebut dikarenakan jalan yang membatasi wilayah Gang Luna dengan Dharma Ramsi diketahui saling digunakan oleh kedua wilayah tersebut.
Sebelum perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia tepatnya setiap tanggal 16 Agustus, masyarakat Kampung Toleransi RW 04 rutin mengadakan perkumpulan yang biasa disebut Malam Tasyakur. Kegiatan ini memuat acara doa bersama menurut kepercayaan masing-masing demi keberlangsungan kerukunan di sana.
“Semua tokoh agama diundang, kegiatannya pertama doa bersama. Lalu ada seperti upacara begitu, menyanyikan lagu Indoneisa raya dan ditutup dengan makan bersama,” ujar Kosim.
Pendeta gereja Rehoboth Ebenhaezat Suherman mengungkapkan bahwa sejatinya perbedaan adalah keniscayaan. Berbeda bukan berarti bermusuhan, melainkan bagaimana mengatur ritme untuk tetap berjalan beriringan.
“Dengan persepsi yang berbeda itu kita hargai apa yang orang lain percayai, karena tidak bisa kita memaksakan. Kalau kita memaksakan akhirnya menjadi bentrok. Jadi, harus kita bisa menghormati dengan baik,” tuturnya.
Penulis: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad
Konten ini hasil kerja sama NU Online dengan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI