Gelar Rangkaian Halaqah, LF PBNU Sosialisasikan Amanah Muktamar tentang Kriteria Imkan dan Qath’iy Rukyah NU
Senin, 15 Januari 2024 | 13:30 WIB
Sekretaris LF PBNU Asmui Mansur, Wakil Ketua LF PBNU KH Sofiyullah, dan Staf LF PBNU Slamet Turahman dalam pembukaan Halaqah Falakiyah Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Nurul Huda, Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2024). (Foto: dok. LF PBNU)
Cirebon, NU Online
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menggelar Halaqah Falakiyah bertajuk Nahdlatul Ulama di Tengah Pusaran Perbedaan Awal Puasa Ramadhan dan Dua Hari Raya. Kegiatan kali ini digelar di Pondok Pesantren Nurul Huda Babakan Ciwaringin Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu-Ahad, (13-14/1/2024). Kegiatan tersebut adalah halaqah falakiyah ketiga yang digelar LF PBNU selama tiga bulan berturut-turut.
Wakil Ketua LF PBNU sekaligus Ketua Pelaksana Halaqah Falakiyah KH Sofiyullah berharap acara ini tidak hanya bersifat nasional tapi sampai tingkat internasional. Di dalam halaqah ini, LF PBNU menyosialisasikan amanah Muktamar Ke-34 NU tentang kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU) dan Qath’iy Rukyah Nahdlatul Ulama (QRNU).
"Harapannya nanti kegiatan halaqah ini tidak hanya bersifat nasional, akan tetapi hingga internasional. Apa yang kita bawa dalam kegiatan halaqah ini adalah sebuah amanah dari muktamar yaitu terkait kriteria IRNU tinggi 3 derajat elongasi 6,4 derajat dan kriteria QRNU elongasi 9,9 derajat atau yang dikenal dalam bahasa kitab sebagai Qath'iy Rukyah, maka ini perlu untuk disosialisasikan," terangnya.
Ia menambahkan, kegiatan halaqah falakiyah dengan melakukan sosialisasi amanah muktamar NU ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali di pulau Jawa. Dua halaqah sebelumnya digelar di Pekalongan, Jawa Tengah dan Ponorogo, Jawa Timur.
"Sosialisasi ini sudah dilakukan sebanyak tiga kali sementara ini yang sudah kita sosialisalkan di Jawa Tengah saat halaqah pertama, di Jawa Timur saat halaqah kedua dan ketiga ini kita lakukan di Jawa Barat," imbuhnya.
Selain kriteria penentu awal bulan Hijriyah, sosialisasi terkait ketinggian waktu Subuh juga disampaikan dalam acara halaqah ini.
"Kriteria awal waktu Subuh dengan nilai tinggi Matahari –20º merupakan kriteria awal waktu Subuh Nahdlatul Ulama. Saya mempertegas bahwa kriteria awal waktu Subuh di Indonesia tidak perlu berubah. Sebab memiliki landasan ilmu fiqih dan ilmu falak yang kuat," pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, LF PBNU membuka dialog dengan para pengurus LF PWNU dan PCNU yang hadir mengenai halaqah yang akan digelar berikutnya, baik di wilayah-wilayah lain maupun halaqah internasional. Sekretaris LF PBNU Asmui Mansur menampung berbagai masukan untuk terlaksananya kegiatan tersebut dengan baik.
Ia juga menyampaikan bahwa halaqah ini akan berlanjut selepas Idul Fitri mengingat Februari 2024 bakal ada perhelatan pemilihan umum (pemilu), sedangkan Maret dan April sudah memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri.