Bogor, NU Online
Wakil Ketua Pengurus Pusat (PP) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Idris Mas’ud mengatakan bahwa tujuan diciptakannya media sosial adalah untuk mempermudah masyarakat dalam berkomunikasi.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, media sosial (Medsos) beralih fungsi menjadi ruang-ruang untuk saling mencaci dan memaki antar masyarakat.
Bahkan kehadiran Medsos berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan yang sudah dijaga sejak ratusan tahun silam oleh masyarakat. Apalagi jika topik yang dibahas adalah terkait politik, masyarakat benar-benar lupa dengan jati diri bangsa.
Untuk itu ia mengharapkan generasi milenial dapat menjadi agen kerukunan umat beragama bagi masyarakat. Sebab, pengguna media sosial didominasi oleh kalangan anak muda. Selain itu, generasi milenial akan menjadi penerus tokoh bangsa di masa yang mendatang.
“Kehadiran Medsos justru menjadi alat yang destruktif, merusak kerukunan umat beragama. Kenapa ini bisa terjadi? karena di Medsos saat ini banyak sekali dialog monolog saja,” kata Idris Mas’ud kepada NU Online ditemui di sela-sela kegiatan Millenial Youth Camp for Moderate Leader di Bogor Jawa Barat, Selasa (19/11) sore.
Aktifis muda NU ini berharap generasi milenial mulai intens membagikan pesan-pesan moderasi beragama di seluruh akun media sosial. Ia meyakini, kalangan muda mampu menjadi pelopor kerukunan di masyarakat.
“Anak-anak milenial punya potensi untuk menjadi agen moderasi di media sosial, termasuk ketika ada informasi keliru harus bisa meluruskan,” tuturnya.
Seperti diketahui, Lakpesdam PBNU menggelar Millenial Youth Camp for Moderate Leader di Jambuluwuk, Ciawi, Kabupaten Bogor. Kegiatan berlangsung sejak Selasa (19/11) hari ini dan akan berakhir pada Kamis (21/11) mendatang.
Kegiatan bertajuk Bela Negara dalam Kebinekaan Sebarkan Rahmat untuk Semesta Alam. Peserta adalah para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi antara lain dari Universitas Indonsia (UI) Universitas Paramadina, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Nahadlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Pertanian Bogor (IPB), Unkris, dan Universitas Nasional serta beberapa perguruan tinggi lain.
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin