Gerhana Matahari Cincin Malam Ini Tak Terlihat dari Indonesia
Sabtu, 14 Oktober 2023 | 17:00 WIB
Konfigurasi posisi Matahari, Bumi, dan Bulan yang menghasilkan peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) dan Gerhana Matahari Cincin (GMC). (Foto: LF PBNU)
Jakarta, NU Online
Gerhana Matahari Cincin akan terjadi pada malam Ahad (14-15/10/2023) atau bertepatan dengan 29 Rabi’ul Awal 1445 H. Namun, gerhana kali ini tidak tampak dari Indonesia. Hal ini mengingat terjadi saat Matahari di Indonesia sudah terbenam.
“Seluruh Indonesia diperhitungkan tidak akan mempunyai kesempatan untuk menyaksikan Gerhana Matahari ini, karena gerhana terjadi manakala waktu di Indonesia sudah malam hari dan Matahari sudah lama terbenam,” kata KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), melalui siaran tertulis Nomor 006/PR/LF-PBNU/X/2023 pada Sabtu (14/10/2023).
Gerhana Matahari Cincin ini dapat telrihat dari negara bagian Alaska, Amerika Serikat di wilayah paling barat untuk awal gerhana, yakni pukul 05.21 waktu lokal atau bertepatan dengan pukul 23:21 WIB. Saat Matahari terbit, kondisinya sudah dalam fase gerhana.
Sementara titik puncak gerhana pada pukul 01:01 WIB atau 13:01 waktu lokal terjadi di Costa Rica dengan durasi annularitas mencapai maksimum diperhitungkan 5 menit 17 detik.
Baca Juga
Tata Cara Shalat Gerhana Matahari
Adapun titik paling timur untuk akhir gerhana terjadi pada pukul 01:25 WIB atau bertepatan dengan pukul 18:34 waktu lokal yang berlokasi di Senegal. Kondisi gerhana terjadi saat Matahari dalam proses terbenam.
Wilayah Gerhana Matahari Cincin terbagi atas dua zona, yakni (1) zona antumbra dan (2) zona penumbra. Zona antumbra serupa dengan zona umbra pada Gerhana Total, sehingga merupakan wilayah yang sempit (lebar maksimum diperhitungkan 187 km) tetapi panjang.
Zona antumbra melintasi Amerika Serikat (yakni melalui negara bagian Oregon, Nevada, Utah, Arizona, New Mexico dan Texas), Meksiko, Guatemala, Nicaragua, Panama, Costa Rica, Colombia dan Brazil. Di sepanjang zona antumbra, durasi gerhana setempat diperhitungkan selama 3 jam 30 menit.
Sementara zona penumbra meliputi seluruh wilayah gerhana di luar dari zona antumbra, yakni meliputi segenap negara di sebagian besar benua Amerika (kecuali separuh Argentina dan separuh Chile) serta sebagian kecil negara di pantai barat benua Afrika (meliputi Sahara Barat, Senegal, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea dan Sierra Leone). Di zona penumbra, durasi gerhana bervariasi mulai dari hanya beberapa menit hingga lebih dari 3 jam.
Indonesia tidak tercakup ke dalam wilayah Gerhana Matahari Cincin 29 Rabi’ul Awal 1445 H ini. Karenanya, gerhana tak dapat disaksikan dari seluruh Indonesia.
Penjelasan gerhana matahari
Kiai Sirril menjelaskan bahwa gerhana matahari (kusuf asy–syams) terjadi saat bumi, bulan, dan matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi dengan Bulan berada di antara Bumi dan Matahari.
“Dalam khazanah Ilmu Falak, gerhana matahari terjadi bersamaan dengan konjungsi Bulan–Matahari (ijtima’) dengan Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya,” tutur Kiai Sirril.
Titik nodal merupakan titik potong khayali di langit. Posisi orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy–syams), yakni bidang edar orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari.
Sebagai akibat kesejajaran tersebut, maka pancaran sinar Matahari yang menuju ke Bumi akan terblokir sedikit oleh Bulan. Maka peristiwa Gerhana Matahari selalu terjadi di siang hari.
Mengingat ukuran Bulan jauh lebih kecil dibanding Bumi, maka pemblokiran tersebut tidak terjadi secara tidak merata di sekujur paras bumi yang sedang terpapar sinar matahari pada saat itu. Melainkan hanya di sektor-sektor tertentu saja yang bergantung pada geometri orbit bulan kala kesejajaran tersebut terjadi.
Pada Gerhana Matahari Cincin 29 Rabi’ul Awal 1445 H, Bulan telah menempati kedudukan terjauhnya terhadap Bumi dalam orbitnya (posisi apogee) pada empat hari sebelumnya. Saat gerhana diperhitungkan terjadi, jarak Bulan ke Bumi adalah 388.800 km, terhitung dari dari paras bumi ke paras bulan.
Kedudukan tersebut lebih jauh ketimbang jarak rata-rata Bulan ke Bumi yang sebesar 376.300 km (terhitung dari paras Bumi ke paras Bulan). Karenanya, yang terjadi adalah Gerhana Matahari Cincin.
“Daratan yang menjadi wilayah Gerhana Matahari Cincin 29 Rabi’ul Awal 1445 H ini hanya meliputi sebagian besar benua Amerika dan sebagian kecil benua Afrika,” kata dosen Ilmu Falak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
“Seperti Gerhana Matahari pada umumnya, gerhana ini ini juga terjadi sejak Matahari terbit (dalam waktu lokal) hingga Matahari terbenam (dalam waktu lokal),” pungkas ulama Falak asal Kudus, Jawa Tengah tersebut.