Guru Besar Sejarah Islam Azyumardi Azra: Perdamaian di Indonesia Perlu Diperkuat
Rabu, 20 Juli 2022 | 19:00 WIB
Jakarta, NU Online
Guru Besar Sejarah Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, Indonesia memang tergolong negara yang damai. Meskipun masih ada sedikit kegaduhan politik, tetapi Indonesia masih relatif aman. Namun, hal ini tidak berarti perdamaian di Indonesia sudah dianggap selesai. Hal ini perlu diperkuat agar tetap terjaga, tidak lagi ada pertikaian.
“(Perdamaian di Indonesia) Tidak bisa dianggap selesai. Harus kita perkuat terus-menerus,” kata Azra, saat Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian, di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir H Juanda, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (20/7/2022).
Sebab, lanjutnya, faktor ketidakdamaian itu banyak. Bukan saja peperangan yang sudah jelas terlihat, tetapi juga bisa karena kesenjangan ekonomi dan sosial, banyaknya pengangguran dan kemiskinan. “Ini bisa meletup. Indonesia punya potensi kalau keadaan ekonomi memburuk. Harga naik. Bukan hanya BBM, LPG, cabai merah hijau,” katanya.
Oleh karena itu, Azra menegaskan bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian di Indonesia. “Kaum Muslimin punya tugas khusus menjaga Indonesia agar tetap damai,” ujarnya.
Mungkin, kebijakan yang ada tidak terlalu membuat puas. Namun, ia meminta agar tidak membuat kegaduhan, apalagi hingga berkelahi. “Kalau terjadi berkelahi, kita semua rugi. Janganlah kegaduhan itu diaktualisasikan dalam kekerasan fisik,” lanjutnya.
Azra melihat tatanan global memang sedang tidak damai. Menurutnya, banyak ketidakdamaian, khususnya di wilayah negara-negara Islam. Hal tersebut terjadi karena perang berkelanjutan atau perang baru. Ia menyebut peperangan yang terjadi di Suriah, Afghanistan, Yaman dan Arab Saudi, Irak, hingga Libya, dan Rusia dan Ukraina yang terbaru.
“Prosentasenya ketidakadaannya perdamaian itu kebanyakan di negara-negara Muslim, kecuali Indonesia,” katanya.
Perdamaian yang ada di Indonesia diilihat karena memiliki sejarah yang maju. Kemajuan Islam terus tumbuh, tampak dari perguruan tinggi, madrasah, hingga pesantrennya yang sangat kompetitif. “Sejarah Islam Indoensia adalah sejarah kemajuan dalam berbagai lini. Madrasahnya, perguruan tingginya, maju,” katanya.
Selain itu, corak keislaman Indonesia juga moderat sehingga tidak pernah ada perkelahian antarsuku. Moderatisme Islam Indonesia itu semakin padu dengan kultur yang ada. Karenanya, perlu mengekspor Islam Indonesia ini. Ia melihat hal ini relatif menurun.
“Kita perlu merevitalisasi ini ke depan supaya peran Indonesia lebih banyak lagi. Ada upaya sporadis dari Presiden Joko Widodo masih hit and run harus lebih konsisten dilakukan,” pungkasnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan pembicara kunci Presiden Timor Leste yang juga peraih Nobel Perdamaian Tahun 1996, yaitu Jose Ramos Horta. Hadir juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Amelia Fauziah dan Presiden Komunitas Muslim Timor Leste Arif Abdullah Sagran.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan