Gus Miftah Imbau Umat Islam Viral karena Prestasi, Bukan Sensasi
Sabtu, 2 Juli 2022 | 20:00 WIB
Kendal, NU Online
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengajak umat Islam untuk viral karena prestasi bukan karena sensasi. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw saat batu Hajar Aswad lepas dari tempatnya di Ka’bah dan terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkannya kembali ke tempatnya.
"Nabi Muhammad SAW pernah viral, ketika Masjidil Haram dilanda kebanjiran. Hajar Aswad lepas dari Ka’bah. Semua kabilah-kabilah yang ada di jazirah Arab berebut untuk memasangkan kembali Hajar Aswad di tempat asalnya," ujar Gus Miftah dalam Pengajian Akbar dan Doa Bersama Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-76 Bhayangkara, di Stadion Utama Kebondalem, Kendal, Jawa Tengah, Jum'at (1/7/2022).
Atas kejadian ini, akhirnya para pihak yang berseteru mengadakan sayembara bahwa siapa yang masuk ke Masjidil Haram pertama kali maka dialah yang berhak memasangkannya. "Ternyata yang masuk pertama adalah seorang anak muda bernama Muhammad," ujar Pimpinan Pesantren Ora Aji Yogyakarta itu.
Baca Juga
Kisah Peletakan Hajar Aswad
Untuk menyelesaikan masalah ini, Nabi Muhammad kemudian minta kain panjang untuk meletakkan Hajar Aswad ditengahnya. Lalu meminta para pemimpin kabilah untuk memegang sudut kain. Lalu baru kemudian, Nabi Muhammad yang meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempat asalnya.
Gus Miftah menerangkan bahwa semangat yang dibawa Muhammad muda adalah persatuan, kearifan lokal, dan menghargai semua perbedaan. Inilah yang menjadi contoh prestasi dalam bentuk karya nyata yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Atas peristiwa ini, Nabi Muhammad pun dianugerahi julukan Al-Amin (orang yang bisa dipercaya).
“Anak muda itu banyak karya bukan banyak gaya,” kata dia.
Semangat kebersamaan ini juga menurutnya yang ditiru oleh Presiden Joko WIdodo saat meminta para Gubernur yang ada di Indonesia membawa tanah dan air sebagai Prasasti Ibukota Negara Nusantara di Kalimantan. Menurutnya, dengan langkah menyatukan tanah dan air dari seluruh provinsi diharapkan semua daerah, mempunyai rasa memiliki terhadap Ibukota Nusantara.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Miftah juga menjelaskan tentang fenomena sikap intoleran yang mengarah kepada sikap radikal, ekstrem, dan bisa menghantarkan pada tindakan teror. "Awal dari kasus-kasus intoleransi kemudian masuk ke dalam radikalisme, salah satunya adalah menanamkan kebencian kepada pemimpin," tegasnya.
Menurutnya, jika ada pemimpin dianggap keliru, yang dilakukan adalah dengan mengingatkan melalui cara yang baik dan lemah lembut.
Kontributor: Ibnu Khaerudin
Editor: Muhammad Faizin