Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Suatu ketika, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Dimyati Rois sakit. Badannya demam cukup tinggi hingga 40 derajat dan 13 hari di kamar tanpa pernah keluar. Bahkan, Abah Dim, sapaan akrabnya, tidak mau dibawa periksa ke dokter.
Melihat kondisi yang demikian, istri Abah Dim meminta putranya, Gus Alamuddin untuk mengontak Gus Miftah Maulana Habiburrahman untuk hadir menemui Abah Dim.
"Abah pun sakit 13 hari, tidak ke rumah sakit, nggak mau diinfus, nggak makan, nggak minum sama sekali. Itu badannya panas 40 derajat. Dengan Njenengan (Anda) tindak mriki (berangkat ke sini) siapa tahu jadi obat untuk Abah," ujar Gus Alam sebagaimana diceritakan Gus Miftah dalam video yang diunggah di Facebook Gus Yusuf Channel pada 3 Maret 2022.
Ditelepon Gus Alam mengenai kondisi abahnya dan permintaan untuk hadir tersebut membuat bingung Gus Miftah. Terlebih, Gus Alam menyampaikan kehadirannya barangkali bisa menjadi obat. "Hubungan saya dengan itu, apa?" tanya Gus Miftah.
Pasalnya, jawab Gus Alam, saban hari Abah Dim selalu menyimak video rekaman Gus Miftah melalui Youtube. "Abah itu setiap hari menonton Youtube-nya Panjenengan," jawab Gus Alam.
Baca Juga
Pesan KH Dimyati Rois untuk Para Pemuda
Tanpa pikir panjang, Gus Miftah langsung bertolak ke Kendal, tepatnya ke kediaman Abah Dim di Kampung Jagalan, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.
Gus Alam berkata kepada Abah Dim bahwa ada Gus Miftah hendak sowan. "Bah, Gus Miftah bade sowan," kata Gus Miftah menirukan ucapan Gus Alam menyampaikan kehadiran Gus Miftah ke Abah Dim.
Mendengar itu, Abah Dim bertanya, "Miftah siapa?"
"Miftah Youtube," jawab Gus Alam.
Akhirnya, Abah Dim keluar dari kamarnya dengan dipegangi empat orang. Semuanya memijit badan Abah Dim dari pundak, kaki, dan tangannya. Ketika memegang badannya, Gus Miftah merasakan betul panasnya hingga ia menangis.
Menjelang Maghrib, Ibu Nyai istri Abah Dim meminta Gus Miftah untuk buka puasa lebih dahulu. Mendengar tawaran tersebut, Gus Miftah menerimanya dengan syarat, yakni Abah Dim juga turut membersamainya, paling tidak minum.
Mendengar syarat seperti itu, Abah Dim mengatakan, "Saya ingin minum air kelapa seperti Gus Miftah."
Setelah shalat Maghrib sekitar pukul tujuh malam, Gus Miftah kembali memijit Abah Dim, terasa panas itu mulai turun. "Dari 40 panasnya menjadi 37," katanya.
Sekitar pukul 19.30, Abah Dim mulai bercerita mengenai perjalanan keilmuannya saat mengaji kitab Ihya Ulumiddin kepada Syekh Abul Fadhol Senori, Tuban, Jawa Timur. Namun, ia tampak kesulitan untuk merangkai cerita itu sehingga mengulang-ulang kalimat yang sama. "Itu mengulangnya sampai 10 kali. Beliau mencoba merangkai kalimat-kalimat di dalam pikiran beliau," cerita Gus Miftah.
Setelah jam 20.00 Abah Dim tampak sudah lebih sehat, Gus Miftah pun berpamitan. "Jam delapan sembuh total. Saya pamit. Simbah sudah selesai (sakitnya), saya pulang," ujarnya.
Abah Dim wafat pada Jumat (10/6/2022) dini hari di Rumah Sakit Tlogorejo, Semarang, Jawa Tengah. Ia merupakan sosok ulama yang bukan hanya mewakafkan dirinya untuk keilmuan, tetapi juga untuk politik kebangsaan.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua