Gus Miftah: Jangan Membandingkan Kiai atau Habib Satu dengan Lainnya
Jumat, 27 Mei 2022 | 07:00 WIB
Gus Miftah saat ngisi acara di Kongres III Pergunu di Ammanatul Ummah Pacet. (Foto: NU Online/Suwitno)
Mojokerto, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah meminta umat Islam tidak membandingkan seorang kiai dengan kiai lainnya untuk tujuan negatif.
Hal tersebut menurut Gus Miftah bisa menyebabkan terjadinya perpecahan dalam tubuh umat Islam sendiri. Sehingga yang muncul adalah dampak negatifnya.
"Jangan banding-bandingkan guru, boleh mencintai seorang kiai, tapi tidak boleh menjelekkan kiai lainya," kata Gus Miftah saat mengisi pengajian dalam Kongres III Pergunu di Pondok Pesantren Ammanatul Ummah Pacet Mojokerto, Kamis (26/5/2022).
Menurut Gus Miftah, akhir-akhir ini banyak umat Islam yang membandingkan seorang guru dengan guru agama lainnya. Hal serupa juga terjadi untuk guru dari kalangan habib. Pengikutnya seorang habib lebih sibuk menjelekkan jamaah habib lainnya daripada menghiasi diri dengan sifat terpuji.
"Begitu juga ketika mencintai seorang habib, jangan menghina habib yang lainnya. Karena itu bukan ajaran nabi," imbuhnya.
Gus Miftah menjelaskan, membandingkan seorang kiai atau habib dengan yang lainnya tidak pas karena setiap individu memiliki kelebihan masing-masing.
"Orang Jawa jangan kehilangan Jawanya. Hakikatnya orang boso itu memuliakan orang lain," ujar Gus Miftah.
Bagi Gus Miftah, setiap kiai atau habib biasa memiliki kelebihan masing-masing atau menonjol dalam bidang ilmu tertentu dan jangan dianggap salah.
Ada kiai atau habib yang ahli dalam bidang Al-Qur'an seperti KH A Baha'uddin Nursalim dan Prof Quraish Shihab, ahli bisnis serta ekonomi ada KH Asep Syaifuddin Chalim, ahli kitab kuning seperti Gus Qoyyum Lasem dan ahli tasawuf ada Kiai Said Aqil Siradj
"Setiap orang punya kelebihan masing-masing. Seharusnya orang muslim mendatangi habib dan kiai sesuai dengan kemampuan tokoh tersebut. Mengambil ilmu dan pelajaran dari keahlian mereka," tegasnya.
Gus Miftah mengingatkan, sosok guru sangat penting dalam kehidupan seseorang. Sehingga jangan sampai salah memilih guru. Banyak orang yang tersesat secara ideologi karena salah memilih pengajian.
"Banyak orang tersesat berawal salah mengikuti guru dan pengajian, hati-hati milih guru. Makanya saya mau datang ke acara kongres guru Nahdlatul Ulama, karena guru itu penting," tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin