Nasional

Gus Rozin: Perlu Dirumuskan Bersama Tatanan Normal Baru ala Pesantren

Jumat, 5 Juni 2020 | 16:30 WIB

Gus Rozin: Perlu Dirumuskan Bersama Tatanan Normal Baru ala Pesantren

Webinar tentang kesiapan pesantren menerapkan tatanan normal baru. (Foto: Dok. PSN)

Kudus, NU Online
Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMINU) KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) mengatakan, dalam menerapkan tatanan normal baru (new normal), pesantren sudah seharusnya memiliki rumusan tersendiri.


“Oleh karena itu, melalui diskusi sore hari ini bersama para aktivis dan pemerhati pesantren kita bisa bersama-sama merumuskan tatanan normal baru ala pesantren,” ujar Gus Rozin saat didaulat menjadi narasumber dalam Ngetren (Ngobrol Kesehatan Pesantren), Kamis (4/6) sore. 


Diskusi bertema ‘Kesiapan Pesantren Menghadapi New Normal Life: Peluang dan Tantangan’ yang disiarkan langsung melalui Zoom dan akun YouTube Cantrika Foundation ini diikuti para pengurus pesantren yang tergabung dalam Pesantren Sehat Nusantara (PSN).


Gus Rozin mengatakan, melalui edaran RMI dua hari sebelum Lebaran, pihaknya mengimbau para pengasuh pesantren untuk memperpanjang masa belajar santri di rumah. Jika ingin memulai kegiatan belajar mengajar setelah Lebaran, pilihannya adalah berdisiplin untuk menerapkan protokol kesehatan.


“Hal ini karena melihat fakta-fakta bahwa kebijakan pemerintah masih berubah-ubah terkait penanganan Covid-19. Ada yang memperpanjang PSBB, ada pula yang melongggarkan. Belum lagi grafiknya masih naik turun. Di sisi lain terdapat pemudik yang tidak terdeteksi. Ini perlu kita waspadai,” paparnya. 


Hal yang perlu digarisbawahi, lanjut dia, adalah bahwa pesantren tidak boleh menjadi cluster baru Covid-19. Karena terdapat lebih kurang 23.000 pesantren yang terafiliasi dengan RMINU. “Jika satu pesantren ada yang kena, maka lainnya akan terkena imbasnya,” terang Gus Rozin.


Menurut dia, masyarakat berbasis komunal seperti pesantren sangat berisiko terkena penyakit berbasis virus atau bakteri. Mengingat begitu banyaknya santri dalam setiap pesantren yang hampir seluruh kegiatan selalu dijalankan secara bersamaan.


Masih kata Gus Rozin, pemerintah sebenarnya tidak memaksakan tatanan normal baru untuk pesantren. Sebab, pemerintah memang belum memiliki konsep yang jelas untuk dapat diterapkan di pesantren.


Banyaknya pesantren yang menginginkan aktif kembali, lanjut dia, tidak ada pilihan selain mengiyakan. Namun, dengan konsekuensi menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar.


“Kesiapan protokol kesehatan dengan pemulangan santri dan mengawali aktivitas mereka di pesantren harus didukung penuh oleh pihak pesantren, tidak hanya oleh RMI dan LKNU. Karena pesantren yang lebih dekat dengan kehidupan para santri,” terangnya.


Rasio yang jelas
Tatanan normal baru di pesantren, menurutnya, harus memiliki rasio yang jelas. Misalnya, antara kamar mandi dan santri, antara wastafel dengan jumlah santri. Kemudian tidak menggunakan bak untuk mandi. 


“Ini kan sangat berat. Jadi, kita perlu memikirkan bersama penerapan tatanan normal baru ala pesantren,” ungkap Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Kajen Margoyoso Pati ini.


Gus Rozin menyebutkan, hikmah pandemi yang terjadi sekarang ini sedikit banyak menyadarkan dan mengingatkan kita semua atas paradigma kesehatan yang telah diketahui selama ini.


“Kita masih memiliki dalil dan paradigma tentang kesehatan yang baik dan benar. Namun, sedikit melupakan. Sehingga kita diingatkan oleh Allah untuk kembali kepada landasan kesehatan tersebut,” ungkapnya. 


Pantauan NU Online, webinar yang diikuti lebih kurang 60 pengurus pesantren dari berbagai daerah tersebut mengundang narasumber lain, yakni Ketua Satgas NU Peduli Covid-19 dr Makki Zamzami MARS dan Sekretaris Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo HA Fadlail.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori