Gus Sholah dalam video berdurasi 2 menit 28 detik tampak asyik berdendang sembari memainkan gitar. (Foto: tangkapan layar video YouTube)
Video KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyanyi sembari memetik gitar menyebar di jagat maya. Kaum Nahdliyin mengapresiasi sosok kiai pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur 2006-2020 itu.
Kepandaian Gus Sholah dalam bernyanyi terkonfirmasi oleh adiknya, Lily Chodijah Wahid. Ia mengatakan, kakaknya tersebut sejak remaja memang sudah hobi menyanyi dan suaranya bagus. “Kalau remajanya dia senangnya nyanyi. Suaranya bagus,” katanya saat ditemui NU Online di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (5/2).
Tidak sekadar hobi, kegemarannya itu bahkan mengantarkannya menjadi juara. “Waktu sekolah di SMP 1, pernah menjadi juara lomba nyanyi,” lanjutnya. Lily menyebut bahwa kakaknya tersebut suka dengan lagu Greenfields dari Brothers Four.
Saat hendak lomba menyanyi, entah dalam satu ajang yang sama atau tidak, seorang kawannya, Gunawan, yang juga akan mengikuti lomba tersebut turut menginap di rumahnya di Matraman (sekarang Griya Gus Dur, Wahid Foundation). Di tengah malam, ia menyanyi di kamar mandi.
“Saya tuh inget banget dengan Gunawan ini karena sering nginap di rumah. Menjelang lomba itu dia nginap di rumah dan tengah malam menyanyi di kamar mandi,” katanya.
Mungkin, lanjut putri kelima pasangan KH Abdul Wahid Hasyim dan Nyai Hj Sholichah itu, dia pikir hal tersebut sebagai latihan. Gus Sholah juga mengikuti lomba tersebut, tetapi tidak sampai tengah malam bernyanyi di kamar mandi.
Kemampuannya dalam bidang tarik suara itu selain karena suaranya yang bagus, juga didapatnya dari kelas. Sebab, lanjutnya, di sekolahnya terdapat pelajaran menyanyi.
Di samping itu, sebagaimana Gus Dur, Gus Sholah juga gemar bermain sepak bola pada masa remajanya. Di depan rumahnya, Taman Amir Hamzah, ia bermain bersama rekan-rekannya, termasuk adiknya, Umar Wahid. “Gus Umar sama Gus Sholah itu suka main bola,” katanya.
Suatu ketika, tim lawan sudah lengkap, sedang timnya kekurangan pemain, yakni pada posisi penjaga gawang. Ia pun memanggil adik perempuannya, Lili Wahid untuk mengisi pos yang kosong tersebut. Sebagai adik, ia manut saja sama kakaknya tersebut. Malang, bola mengarah persis ke wajahnya.
“Suatu hari, gak ada kipernya. Mereka nyuruh saya ikut. Udah gitu muka saya kena bola,” kenang Lili diiringi tawa.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori