Tangerang Selatan, NU Online
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Maman Imanul Haq menceritakan, suatu ketika KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah mengatakan bahwa akan tiba saatnya orang yang tidak pernah belajar di pesantren tetapi mereka dianggap sebagai orang yang alim dan dijadikan rujukan serta panutan.
“Maka muncul lah survei (tentang) siapa kiai yang paling berpengaruh. Yang keluar A (misalnya yang tidak pernah nyantri),” kata Kiai Maman pada acara bedah buku Tambak Beras: Menelisik Sejarah, Memetik Uswah di UIN Jakarta, Selasa (19/12).
Padahal, imbuh Kang Maman, ada banyak kiai yang belajar agama Islam bertahun-bertahun di pesantren. Mereka pasti ahli dalam agama, namun karena tidak ada di Youtube mereka dianggap tidak ada.
“Quraish Shihab, Mustofa Bisri, Mbah Maimoen Zubair, yang bertahun-tahun belajar agama dianggap tidak ada,” lanjut Pengasuh Pesatren Al Mizan itu.
Lebih lanjut, ia mendorong kepada para santri untuk menulis kiainya sehingga kiprah dan peran guru-gurunya tersebut bisa diketahui khalayak umum.
“Dimanapun kita berada, kita harus memulai menulis kiai kita,” tegasnya.
Di era media sosial seperti saat ini, siapa saja bisa dengan mudah dipanggil ustadz. Cukup dengan pandai berceramah, maka akan dipanggil ustadz meskipun ilmunya tidak seberapa jika dibandingkan dengan kiai-kiai yang ada di pesantren. (Muchlishon Rochmat)