Gus Yahya Ingin PMII Bangkitkan Intelektual, Teknokrat, dan Kewirausahaan
Selasa, 18 Januari 2022 | 11:45 WIB
Pertemuan Ketua Umum PB PMII Muhammad Abdullah Syukri dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/ Ontiwus)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menginginkan agar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mampu menjawab kebutuhan dan perubahan zaman.
Caranya, menurut Gus Yahya, PMII harus membuat berbagai terobosan ke arah masa depan. Ia menyebutkan bahwa NU saat ini membutuhkan kebangkitan di tiga lokus atau bidang yakni intelektual, teknokrat, dan kewirausahaan. Ketiga hal ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi PMII.
“Kita ini butuh kebangkitan dinamisasi besar-besaran di kalangan intelektual NU. PMII adalah sumber intelektual NU. Kita butuh betul dan itu lumayan kompleks karena kita harus mendinamisasi wacana intelektual yang luas,” kata Gus Yahya kepada Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII Muhammad Abdullah Syukri, di lantai 3 Gedung PBNU Jakarta, Senin (17/1/2022).
Gus Yahya menyebutkan bahwa PMII memiliki domain di kampus-kampus formal. Meski begitu, ia berpesan agar organisasi gerakan kemahasiswaan yang berhaluan Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah ini mampu membuka jejaring di ma’had aly yang ada di pesantren-pesantren.
PMII juga diminta untuk segera membangkitkan teknokrasi. Sebab saat ini, menurut Gus Yahya, masih sulit mencari para teknisi di berbagai bidang yang memiliki posisi strategis. Padahal, lanjutnya, para teknokrat di lingkungan NU sudah sangat tersedia, tetapi belum ada cara untuk menemukannya.
“Kita butuh juga mengorganisasi organisasi-organisasi NU untuk membangkitkan teknokrasi. Kemudian yang ketiga jelas kewirausahaan. Jadi kebangkitan Intelektualisme, tenokratisme, dan kewirausahaan,” terang Gus Yahya.
Ia menegaskan bahwa NU merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang sudah sangat besar, baik pengaruh maupun pengikutnya. Karenanya, NU harus mampu membangkitkan ketiga lokus tadi agar bisa menjawab kebutuhan dan perubahan zaman.
“Kalau kita tidak punya intelektualisme yang benar, teknokratnya juga tidak benar, dan kewirausahaan yang tangguh, maka negara akan rusak di tangan NU. Sekarang pilihannya, NU mau jadi biang kerok atau mau jadi kontributor yang positif dan konstruktif,” kata Gus Yahya.
Menanggapi itu, Abdullah Syukri mengatakan bahwa seluruh kader di pengurus cabang (PC) dan pengurus koordinator cabang (PKC) sudah mulai bisa menerjemahkan kebangkitan intelektualisme itu ke dalam bentuk program kerja.
“Baik itu yang bersifat kaderisasi atau gerakan, dan dakwah. Jadi kita juga sudah mulai bergerak ke arah sana. Kita di PMII juga mengadakan lokakarya atau semacam musyawarah kaderisasi baik secara formal, informal, dan nonformal. Itu bisa menjawab kebutuhan pada hari ini,” terang Gus Abe, sapaan akrabnya.
Terkait kebangkitan teknokrat yang disampaikan Gus Yahya, Gus Abe menyampaikan bahwa di PMII telah membuat lembaga-lembaga keprofesian di berbagai bidang. Berbagai profesi itu telah dikanalisasi ke dalam satu wadah sehingga ke depan bisa memberikan manfaat secara jaringan.
“Faktanya sudah banyak kader-kader kita yang ekonom, wirausaha, dan ahli di bidang kesehatan,” ungkap Gus Abe.
Lalu Bendahara Umum PB PMII Panji Sukma Nugraha menanggapi soal pesan Gus Yahya terkait kebangkitan kewirausahaan. Ia menegaskan bahwa PMII saat ini memang tengah menggalakkan kemandirian ekonomi. Sebab hal itu berkaitan erat dengan berjalannya roda organisasi.
“Jadi kalau bicara independen, kalau kita tidak mandiri, kita akan mudah terintervensi. Jadi memang kita juga akan terus membangun kolaborasi dengan banyak stakeholder (pemangku kebijakan) untuk bicara tentang kemandirian ekonomi,” kata Panji.
Pada pertemuan itu yang berlangsung selama lebih dari satu jam itu, Gus Yahya didampingi Ketua PBNU H Amin Said Husni. Sementara Gus Abe didampingi Sekretaris Jenderal PB PMII Muhammad Rafsanjani dan Bendahara Umum Panji Sukma Nugraha.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi