Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Jawa Barat, di Hotel Savoy Homan Bandung, pada Jumat (3/11/2023). (Instagram: @nahdlatululama)
Bandung, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan tiga paket transformasi NU secara organisatoris. Ketiganya adalah transformasi tata laksana organisasi, sistem kaderisasi, dan aktivisme atau pola kegiatan NU.
Hal ini diungkap Gus Yahya saat Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Provinsi Jawa Barat, di Hotel Savoy Homan Bandung, pada Jumat (3/11/2023).
Menurut Gus Yahya, sejak awal ia sudah mengkomunikasikan mengenai gagasan-gagasan dan agenda-agenda ini kepada calon pengurus, sebelum bergabung dalam PBNU.
“Sudah saya ajak bicara dulu kita melakukan ini, ini, ini. Setuju, enggak? Kalau setuju ayo ikut. Kalau enggak, silakan nonton dari luar. Dan karena beliau-beliau setuju, saya ajak masuk,” ujarnya.
Pertama, adalah paket tentang tata laksana organisasi. Setelah PBNU dikukuhkan pada Januari 2022, Mei langsung menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) untuk menetapkan sejumlah Peraturan Perkumpulan.
Ada 19 Perkum baru yang sudah ditetapkan sebagai desain organisasi untuk tata laksana penyelenggaraan organisasi NU ke depan dan masih terus berlangsung sampai sekarang.
“Dalam Konbes terakhir beberapa bulan lalu, kita sempurnakan dari Perkum yang ada itu karena ada beberapa yang butuh penyesuaian. Masih ditambah dengan 11 plus 4. Jadi 15 Perkum baru lagi, karena kita ingin supaya tata laksana organisasi betul-betul mengikuti satu model keorganisasian yang baru,” jelas Gus Yahya.
Termasuk dalam tata laksana ini adalah pengelolaan berbagai macam lembaga yang ada di lingkungan NU, seperti madrasah, perguruan tinggi, rumah sakit, sampai digitalisasi, mulai administrasi hingga urusan-urusan organisasi yang lain. Digitalisasi administrasi di tingkat PBNU sendiri sudah dimulai bulan ini.
“Jadi nanti sampean tidak melihat lagi kertas atau tanda tangan pakai oret-oretan, tapi sudah pakai digital. Sudah kita mulai, dan ini nanti akan kita kembangkan terus sampai menjadi digitalisasi semua urusan yang berhubungan dengan NU, semua dengan cara digital,” ucapnya.
Kedua, sistem kaderisasi. Sistem kaderisasi sudah berjalan secara simultan bersamaan dengan paket tata laksana organisasi. Setidaknya, sekarang PBNU sudah berhasil menjalankan pelatihan kader tingkat paling dasar (PD-PKPNU) sekitar 300-an angkatan, dengan lulusan sekitar 34.000 orang kader. Adapun pelatihan kader menengah (PMKNU) meluluskan sekitar 300 kader.
“Dan sekarang ini pengembangan kurikulum untuk AKNNU, ini sudah sampai tahap menengah. Mudah-mudahan sebentar lagi selesai, sehingga kita bisa segera selenggarakan Akademi Kepemimpinan Nasional NU,” harap Gus Yahya.
Ketiga, paket terkait pola aktivisme atau pola kegiatan NU. Menurut kiai kelahiran 16 Februari 1966 itu, paket agenda ini bertujuan membangun pola aktivisme atau pola kegiatan NU yang berorientasi pada pelayanan basis di tingkat akar rumput.
“Tidak bisa NU hanya berpikir untuk mendirikan berbagai lembaga seperti mendirikan sekolah baru, toko, rumah sakit, perguruan tinggi, pesantren, tidak cuma itu. Kita harus membawa orientasi aktivisme NU ini kepada pelayanan yang langsung buat atau bagi basis NU, yaitu warga,” ungkapnya.
“Bahkan ini nantinya harus diperluas, karena kita ingin memperkenalkan apa yang kita sebut sebagai khidmah inklusif, harus diperluas dengan pelayanan kepada seluruh masyarakat,” sambung Gus Yahya.
Khidmah Inklusif NU
Gus Yahya mengarahkan, agar para pengurus NU tidak pilih-pilih dalam melayani atau memberikan manfaat kepada orang. Ia mencontohkah, kita tidak usah bertanya ini orang NU atau bukan.
“Pokoknya siapa saja boleh ikut menikmati manfaat dari khidmah Nahdlatul Ulama ini. Ini arah aktivisme ke depan yang harus kita jadikan pola,” tegasnya.
Cucu KH Bisri Musthofa Rembang itu pun menyadari bahwa sementara ini kegiatan-kegiatan di basis masih terbatas pada aktivitas keagamaan tradisional, seperti pengajian umum, majelis shalawat, kelompok yasinan dan tahlilan, dan lain-lain.
“Kita ingin kembangkan menjadi khidmah yang lebih luas, lebih beragam, sesuai hajat hidup dari warga masyarakat di basis itu, di tingkat akar rumput itu,” imbuhnya.
Ia kemudian memberi alasan, menggapai NU harus mengorientasikan kegiatan atau pola aktivisme NU kepada pelayanan basis yang luas, yaitu fenomena berkembangnya basis NU dengan cepat sekali. Ia lalu membeberkan hasil survei yang pada intinya orang yang merasa NU semakin melonjak drastis dari waktu ke waktu.
“Tahun 2023, LSI bikin survei lagi. Hasilnya sudah 56,9% seluruh penduduk Indonesia mengaku NU. Ini fenomena luar biasa,” ungkap Gus Yahya.
Berdasar survei, Gus Yahya memprediksi dari 280 juta penduduk Indonesia, ada sekitar 150 juta orang yang mengaku NU. Ia berharap para pengurus NU tidak hanya memikirkan 36.000 pesantren dengan 12 juta santri. Tetapi, juga orang NU yang sudah mencapai 150 juta.
“Saya berharap pengurus NU juga memikirkan para pedagang kecil dan buruh yang merasa NU, agar mereka juga mendapat layanan dari NU. Itulah sebabnya, maka kita melansir apa yang kita sebut sebagai Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama,” tuturnya.
Dalam forum tersebut Gus Yahya juga merinci bahwa selama Juli sampai Oktober, PBNU berhasil membentuk Satgas GKMNU di 17.000 desa. Ia berharap, Jawa Barat dapat diselesaikan 1 bulan dalam November ini. Ia juga menambahkan, bahwa Satgas GKMNU pekan ini sudah berjalan di beberapa ribu desa sekaligus di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
“Jadi, kita pekan ini punya kegiatan di sekian ribu desa di tiga provinsi. Mungkin seumur hidup baru kali ini sampean dengar NU punya kegiatan seperti ini. Nanti setiap pekan akan ada kegiatan di sekian ribu desa. Kalau untuk seluruh Jawa mungkin sekitar 25.000 sampai 30.000 desa. Setiap pekan terus ada kegiatan,” ujarnya.
Hadir dalam acara ini Ketua Satgasnas GKMNU H Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Ketua Satgasnas GKMNU Alissa Wahid, Waketum PBNU H Amin Said Husni, Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat KH Abun Bunyamin, Ketua PWNU Jabar KH Juhadi Muhammad, segenap pengurus PWNU Jabar, Ketua PCNU se-Jabar, Ketua banom NU di Jabar, Satgas GKMNU Jabar, kader NU, dan tamu undangan.