Gus Yahya Tegaskan NU Didirikan dengan Visi Peradaban untuk Seluruh Umat Manusia
Kamis, 1 Februari 2024 | 20:45 WIB
Gus Yahya dalam wawancara eksklusif dengan Pemimpin Redaksi NU Online, Ivan Aulia Ahsan, di Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan bahwa NU didirikan dengan visi peradaban untuk membangun peradaban baru yang lebih baik dan mulia bagi seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam.
"Ini keyakinan saya yang saya peroleh dari usaha saya belajar sungguh-sungguh tentang bagaimana mulainya NU ini didirikan, bagaimana tradisi kekiaian yang sudah tumbuh sebelumnya, konteks kesejarahan ketika NU didirikan, kemudian tahap-tahap yang dicapai sepanjang sejarah keberadaannya, maka saya sampai pada keyakinan: cita-cita NU adalah cita-cita peradaban," kata Gus Yahya dalam tayangan Eksklusif Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf Ungkap Fakta Seputar NU di Indonesia di kanal Youtube NU Online, dikutip[ Kamis (1/2/2024).
Dalam pandangannya, cita-cita NU adalah cita-cita peradaban adalah yang bertujuan untuk mendorong terbentuknya peradaban dengan akhlakul karimah atau akhlak mulia.
"Saya mengimajinasikan NU ini nanti menjadi aktor yang memberi kontribusi, yang bermakna bagi lahirnya peradaban baru, peradaban umat manusia yang baru, yang lebih mulia," ucapnya.
"Ukuran lebih mulia itu apa? Ukuran lebih mulia ya akhlakul karimah, karena misi Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam itu adalah tatmim makarimil akhlak, sebagaimana Beliau bersabda: Innama bu'itstu li utammima makarimal akhlak," tambahnya.
Untuk mencapai hal ini, Gus Yahya mengimajinasikan NU sebagai aktor yang memberikan kontribusi dan dampak berskala peradaban, terutama dalam meningkatkan kualitas hidup dan vitalitas ekonomi warga NU.
Meskipun pada masa lalu warga NU banyak mengalami krisis finansial, Gus Yahya melihat bahwa kualitas hidup warga NU secara umum telah meningkat secara signifikan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.
"Kalau kita bicara tentang warga NU tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an, mungkin ada benarnya bahwa warga NU ini banyak yang miskin. Tapi sekarang, belum tentu. Saya melihat sekarang sebetulnya kualitas hidup dari warga NU secara umum sebetulnya sudah meningkat secara signifikan," tuturnya.
Karena itu, fokus utama bukan lagi hanya pada mengentaskan kemiskinan, melainkan pada peningkatan vitalitas ekonomi dan kualitas hidup warga NU.
"Maka kita bukan lagi berpikir tentang mengentaskan kemiskinan, pertama-tama, tapi meningkatkan vitalitas ekonomi dari masyarakat supaya, ya tambah kaya," terangnya.
Selain itu, Gus Yahya menekankan bahwa NU memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyumbang secara signifikan bagi kemaslahatan seluruh umat manusia, bukan hanya bagi anggotanya saja.
"Pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa kita ini punya tugas yang jauh lebih besar, yang bukan hanya untuk NU saja, karena NU ini didirikan bukan hanya untuk NU. NU ini didirikan untuk kemaslahatan dari seluruh umat manusia," ujarnya.
"Maka kita harus juga berpikir serius tentang ini: bagaimana NU betul-betul bisa menyumbang secara signifikan, bukan cuma omong-omong, tapi benar-benar ada dampaknya, gitu ya, bener ada dampaknya. Itu yang harus kita buat," pungkas Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.