Gus Yasin Contohkan Sayyidah Khadijah sebagai Perempuan Cerdas
Rabu, 23 November 2022 | 17:00 WIB
KH Taj Yasin Maimoen, salah satu putra dari almaghfurlah KH Maimoen Zubair. (Foto: Tangkapan layar Youtube pptanghomatrianom)
Semarang, NU Online
Wakil Gubernur Jawa Tengah KH Taj Yasin Maimoen menceritakan sosok Sayyidah Khadijah sebagai perempuan berilmu yang cerdas. Hal ini tampak dari pilihannya yang jatuh pada Nabi Muhammad saw sebagai suami yang diidam-idamkannya.
Sebab, Sayyidah Khadijah sudah memahami kitab-kitab Injil, Taurat, dan Zabur yang memuat tentang sosok Nabi masa depan. Karakteristiknya itu tampak dalam diri Muhammad yang bekerja padanya.
"Itu (kitab-kitab) menerangkan suatu hari nanti akan datang seorang nabi akhir zaman yang bernama Ahmad dan itu dicerna oleh Sayyidah Khadijah," kata Gus Yasin, sapaan akrabnya, saat menyampaikan sambutan pada Konferensi Internasional Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/11/2022).
Gus Yasin menjelaskan bahwa sebetulnya banyak orang kaya nan terpandang, serta berkedudukan tinggi di Jazirah Arab yang berharap bisa meminang Sayidah Khadijah. Namun, semuanya itu ditolak.
Sayidah Khadijah melihat Nabi Muhammad kecil beranjak ke remaja itu diajak untuk berniaga, menjalankan perdagangan dengan pendamping-pendamping dari orang-orang Sayidah Khadijah. Terakhir, Nabi berniaga ke Syam.
Sayidah Khadijah tidak bertanya mengenai hasil perdagangannya saat itu, melainkan bagaimana pengalaman pendamping Nabi Muhammad itu menyertai Muhammad berniaga sampai ke Syam. Diceritakan, pohon bersujud semuanya memberikan hormat kepada Nabi sampai awan pun memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad.
"Dan ketika itulah akhirnya Khadijah menentukan pilihan hidupnya untuk berkhidmah kepada Nabi Muhammad," katanya.
Apalagi ketika menjelang Nabi Muhammad menyampaikan kepada Sayyidah Khadijah untuk menyendiri khalwat di Gua Hira. Itulah momen yang ditunggu Sayidah Khadijah. "Karena beliau ingin khidmah kepada Nabi," ujarnya.
Baca Juga
Kecerdasan Ulama NU di Atas Rata-rata
Ia harus menunggu 15 tahun mengingat ketika menikah, usia Nabi Muhammad baru 25 tahun sedangkan diangkat sebagai Nabi pada usia 40 tahun. "Itu membutuhkan waktu 15 tahun dan itu Khadijah sabar menunggu, selalu dinantikan," katanya.
Sayidah Khadijah, diceritakan Gus Yasin, tidak segan naik turun Gua Hira guna memberikan pendampingan kepada Nabi. "Saya sendiri belum pernah sampai naik. Lihatnya itu sudah capai dulu. Sementara Khadijah tiap hari mengantarkan makanan kepada Nabi Muhammad saw. Itu dilandasi karena keilmuan seorang perempuan," katanya.
Oleh karena itu, Gus Yasin menegaskan jika KUPI hadir mendeklarasikan bahwa ulama perempuan harus ikut andil dalam membuat sebuah peradaban yaitu sudah wajar. Sebab, Sayyidah Khadijah sudah hadir sebagai panutan.
"Maka kalau saat ini para bu nyai para cendekia para ilmuwan ingin mengantarkan, ingin mengangkat kembali bahwa perempuan ikut andil dalam sebuah peradaban penyampaian terhadap agama itu sudah wajar," ujarnya.
Memang masih banyak yang berpikir peradaban di Arab itu peradaban Islam. Sebelum Nabi lahir, memang peradaban jahiliyah itu sangat-sangat tidak bermartabat, bahkan sampai ketika ada orang yang lahir berjenis kelamin perempuan itu menjadi masalah sehingga ingin dihilangkan. Mereka tidak berpikir bahwa yang melahirkan itu bagian dari perempuan.
"Maka datanglah Islam untuk mengangkat, meluruskan, membenarkan bahwa di hadapan Allah swt tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tidak ada Indonesia, Arab, Eropa, dan seluruh dunia. Yang ada adalah ketakwaan kita kepada Allah swt," katanya.
Oleh karena itu, sejarah menunjukkan bahwa Sayidah Khadijah adalah model bagi para ulama perempuan sebagai pembentuk sebuah peradaban dan pemikiran.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin