Nasional

Hadapi Persoalan Identitas, Yenny Wahid: Peran Santri Sangat Dibutuhkan

Sabtu, 23 Oktober 2021 | 13:00 WIB

Hadapi Persoalan Identitas, Yenny Wahid: Peran Santri Sangat Dibutuhkan

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid. (Foto: Tangkapan layar YouTube Wahid Foundation)

Jakarta, NU Online
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan, peran santriwan dan santriwati sangat dibutuhkan di tengah tantangan besar yang dihadapi saat ini oleh umat manusia. Salah satu tantangan besar tersebut adalah menguatnya persoalan identitas di dunia, baik terkait agama, kelompok, ras, maupun yang lain.


Hal tersebut disampaikan Yenny saat memberi sambutan sebagai pembicara kunci dalam webinar C-Talk spesial memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021. Webinar bertema The power of Santriwati: Santriwati Berdaya, Indonesia Damai, Sabtu (23/10/2021).


“Kita sama-sama tahu, yang namanya santri, baik santriwan maupun santriwati, perannya sangat dibutuhkan, mengingat tantangan besar hari ini yang sedang dihadapi oleh umat manusia. Salah satu tantangan besar itu adalah naiknya persoalan identitas,” ujar Yenny.


Putri kedua Gus Dur bernama lengkap Zannuba Arifah Chafsoh ini juga menyebutkan, menguatnya identitas tersebut dibarengi kecenderungan mengedepankan identitas mereka sendiri dan membuat orang lain terdiskriminasi.


“Misalnya, banyak orang kulit hitam mendapat perlakuan diskriminatif di Amerika. Mereka kemudian mengenal Islam yang pada dasarnya mengajarkan kesetaraan dan persamaan. Semua orang dianggap sama di mata Islam, yang membedakan hanya derajat ketakwaannya,” tutur Yenny.


Selain itu, Yenny juga mengungkapkan bahwa webinar memperingati Hari Santri kali ini mengangkat tema perempuan karena sampai hari ini perempuan masih butuh difasilitasi. Karena masih banyak sekali hambatan yang menghadang perempuan, baik dari sisi eksternal maupun internal perempuan sendiri.


“Dari sisi eksternal masih ada salah konsep tentang kodrat bahwa perempuan kodratnya adalah di rumah tangga. Ada beban ganda, bahwa mengurus rumah tangga adalah urusan rumah tangga. Sementara dari sisi internal masih berpikir bahwa ia tidak bisa mencapai posisi tertentu,” ungkap Yenny.


Polwan santri
Agustina Untari selaku narasumber menceritakan pengalamannya sebagai lulusan pesantren yang juga seorang anggota polisi wanita (polwan). Alumnus Pesantren Modern Gontor ini mengatakan, pernah terjadi sedikit kendala ketika masuk Polri karena ijazahnya berbahasa Arab.


Namun, hal itu tidak menjadi masalah, sebab Kepolisian RI memahami bahwa pelajaran yang diterima santri di pesantren sama dengan sekolah umum.


“Ramai di media yang mengatakan bahwa saya pernah terkendala masuk kepolisian karena ijazah saya dari pesantren. Kebetulan waktu itu ijazah saya berbahasa Arab. Sebetulnya yang dipertanyakan adalah soal pelajaran umumnya. Karena asumsinya di pesantren pelajaran agamanya yang lebih dominan,” tuturnya.


“Namun, pihak kepolisian waktu itu (Polda Jatim) memahami betul bahwa ijazah pondok pesantren sama dengan ijazah sekolah umum. Atas izin Allah, saya diterima menjadi Anggota Kepolisian Republik Indonesia sampai saat ini,” sambung Agustina.


Selain Agustina, webinar ini juga menghadirkan pemateri lainnya yaitu Farihatul Qamariyah, Pengurus Pontren Al-Qomar Mempawah Kalbar yang juga Co-Founder & CEO @hellobcr.


Hadir juga dua orang testimoni, Aminatussadiyah Sadiyah (santriwati dari Papua) dan Cut Rahma Rizki (santriwati dari Aceh yang juga Pegiat Astronomi Islam). Webinar yang dimoderatori oleh Neng Lia, Presenter TV9, ini dihadiri 100-an peserta dari berbagai komunitas, lembaga, dan pesantren di Indonesia.


Webinar yang digelar secara virtual via zoom meeting pukul 12.30-15.00 WIB ini bertujuan untuk mempromosikan kontribusi santri perempuan dalam kiprah–kiprah dan karya–karya yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat. Serta mengajak masyarakat untuk memberikan perhatian kepada kiprah santri perempuan di Indonesia.


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori