Hadirkan 14 Tokoh Agama se-Asia Tenggara, AICIS 2024 Bakal Hasilkan Piagam Semarang
Selasa, 30 Januari 2024 | 09:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) akan menggelar Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Ke-23 di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah pada 1-4 Februari 2024.
AICIS 2024 mengusung tema Redefining Religion's Roles in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights atau Mendefinisikan Kembali Peran Agama dalam Krisis Kemanusiaan.
Berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu, Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Ahmad Zainul Hamdi mengatakan gelaran AICIS 2024 akan diperkuat dengan adanya side event yakni pertemuan para pemuka agama atau Religious Leaders Summit.
Ia mengatakan, forum ini akan menghadirkan 14 tokoh agama dari berbagai negara di Asia Tenggara. Adapun yang terkonfirmasi hadir sebagai berikut:
1. KH Yahya Cholil Staquf (Indonesia)
2. Pimpinan PP Muhammadiyah (Indonesia)
3. Prof Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia)
4. Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P (Indonesia)
5. Venerable Dr Vanh Keobundit (Laos)
6. Venerable Dr Yon Seng Yeath (Cambodia)
7. Mr Bounthavy Phonethasin (Laos)
8. YB Datuk Dr Hasan bin Bahrom (Malaysia)
9. Phra Dr Anilman Dhammasakiyo (Thailand)
10. Pdt Gomar Gultom (Indonesia)
11. Romo Hery Wibowo (Indonesia)
12. Ws Andi Gunawan, ST (Indonesia)
13. Dr A Ciga J Sarapung (Indonesia)
14. Bishop Pablo Virgilio Siongco David (Philippines)
"Para tokoh ini akan ikut serta dalam membahas solusi atas serangkaian persoalan kontemporer dari perspektif keagamaan. Ini sejalan dengan COP28 di Dubai pada akhir 2023 yang juga mulai melibatkan tokoh agama dalam pembahasan krisis iklim," terang pria yang karib disapa Inung itu.
"Pertemuan mereka akan menjadi ajang berbagi perspektif dan wawasan terbesis pengalaman mereka dalam merespons isu-isu kemanusiaan dan kedamaian," tambahnya.
Adapun alasan pemilihan sejumlah tokoh agama dari Asia Tenggara itu karena isu kemanusiaan terkini yang terjadi di berbagai belahan dunia secara tidak langsung mempengaruhi wilayah Asia Tenggara.
Isu tersebut memicu pertanyaan baru tentang nasionalisme, standar hak asasi manusia, hubungan agama dengan negara, dan strategi agar wacana tersebut mempengaruhi cara dalam mendefinisikan kembali identitas dan keagamaan kita di wilayah Asia Tenggara.
"Orang tiba-tiba mempertanyakan ulang nasionalisme, human right standard, relasi agama dengan negara, yang wacana itu di wilayah Asia Tenggara memberi pengaruh bagaimana kita mendefinisikan kembali tentang diri kita dan keagamaan kita," jelasnya.
Ia menambahkan, hasil pembahasan dari forum tersebut nantinya akan menghasilkan Semarang Charter atau Piagam Semarang.
"Penting sekali kehadiran para tokoh agama di summit nanti kita harapkan akan menghasilkan semacam Semarang Charter. Akan ada Semarang Charter, Piagam Semarang yang akan dibacakan di mana ini piagam yang di-produce para tokoh-tokoh agama di lingkungan Asia Tenggara," paparnya.