Halaqah Fiqih Peradaban, Satu Cara Gus Yahya Menghidupkan Gus Dur
Jumat, 19 Agustus 2022 | 12:00 WIB
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat meluncurkan Halaqah Fiqih Peradaban di Pesantren Ali Maksum Krapyak, Kamis (11/8/2022). (Foto: NU Online/Miftah)
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah secara resmi meluncurkan program Halaqah Fiqih Peradaban sebagai bagian dari rangkaian Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU. Program yang akan dilaksanakan di 250 titik se-Indonesia selama lima bulan. Puncaknya akan digelar Muktamar Fiqih Peradaban pada Januari 2023 mendatang.
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menyebut bahwa program Halaqah Fiqih Peradaban merupakan salah satu cara Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menghidupkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Inilah yang menjadi visi Gus Yahya dalam memimpin NU hingga 2027 mendatang.
Secara substansi pemikiran, Gus Dur ingin agar ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), ajaran pesantren, dan kitab kuning yang dipelajari bisa memberikan jawaban dan respons terhadap keadaan-keadaan yang sedang dihadapi masyarakat.
Untuk itu, Gus Dur kemudian menggagas sebuah pertemuan yang dinamai Halaqah Rekontekstualisasi Kitab Kuning. Pertemuan ini diluncurkan pada Muktamar Ke-28 di Krapyak, Yogyakarta.
Beberapa pertemuan yang diselenggarakan ini digawangi KH Masdar Farid Mas’udi, seorang pemikir muda NU yang cemerlang pada zamannya. Kiai Masdar diserahi Gus Dur untuk mengawal dan menyelenggarakan halaqah kitab kuning itu.
“Sekarang Gus Yahya menjadi ketua umum dengan cita-cita menghidupkan kembali Gus Dur, dan juga mau mengadakan halaqah lagi, namanya Halaqah Fiqih Peradaban. Tujuannya sama, agar fiqih kita kontekstual bisa menjawab masalah-masalah peradaban baru yang kita hadapi sekarang ini. Saya diminta Gus Yahya menjadi ketua panitia halaqah ini,” ungkap Gus Ulil dalam galawicara di TVNU dilihat NU Online, pada Jumat (19/8/2022).
Kedua halaqah, baik yang dilakukan pada zaman Gus Dur maupun di era Gus Yahya saat ini memiliki semangat yang sama, yakni melakukan rekontekstualisasi fiqih. Bedanya, Gus Dur melakukan itu dalam konteks Indonesia, sedangkan Gus Yahya pada tingkat dunia.
“Halaqah ini melanjutkan halaqah yang dulu pernah diadakan Gus Dur sejak terpilih menjadi ketua umum PBNU periode kedua di Krapyak. Makanya Gus Yahya ini memang betul-betul menghidupkan Gus Dur dengan caranya sendiri,” jelas Gus Ulil.
Menurut Gus Ulil, saat ini Gus Yahya sedang melanjutkan perjuangan Gus Dur saat menjadi presiden yang memiliki visi global. Saat itu, Gus Yahya menjadi juru bicara yang selalu diajak Gus Dur menjadi keliling dunia. Dari situlah, Gus Yahya belajar banyak kepada Gus Dur tentang tata politik global.
“Nah sekarang dia menjadi ketua umum, ingin mengarahkan NU ke sana,” terang Pengampu Ngaji Ihya Virtual itu.
Ia menambahkan, masing-masing ketua umum PBNU memiliki kontribusi. Menurutnya, Gus Dur dan KH Hasyim Muzadi hingga KH Said Aqil Siroj punya kontribusi yang besar bagi NU. Ketiga tokoh itu telah memantapkan landasan domestiknya dan membangun landasan di dalam negeri.
“Gus Yahya sudah mewarisi landasan yang kokoh ini, kemudian lepas landas untuk membawa NU ke level global. Jadi Gus Yahya tidak hanya sekadar melakukan peran-peran domestik melalui NU, tetapi juga peran secara global,” pungkas Gus Ulil.
Diketahui, titik pertama Halaqah Fiqih Peradaban telah digelar pada Kamis, 11 Agustus 2022, di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Selain halaqah, ada delapan kegiatan lain yang bakal dihelat dalam rangkaian Harlah 1 Abad NU ini.
Kegiatan-kegiatan itu adalah NU Tech, pembentukan NU Women, Festival Tradisi Islam Nusantara, Anugerah Tokoh NU, Pekan Olahraga NU, Religion of Twenty (R20), peluncuran Gerakan Kemandirian NU, dan Resepsi 1 Abad NU.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad