Nasional

Halaqah Netizen Nahdliyin, Savic Ali: Warganet Bisa Pengaruhi Jutaan Orang

Rabu, 20 September 2023 | 05:00 WIB

Halaqah Netizen Nahdliyin, Savic Ali: Warganet Bisa Pengaruhi Jutaan Orang

Suasana diskusi pada Halaqah Netizen Nahdliyin. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Halaqah Netizen Nahdliyin turut meramaikan Munas Konbes NU 2023. Kegiatan yang mengusung tema Netizen NU menghadapi Hajatan Pemilu 2024 tersebut berlangsung di Gedung Serbaguna Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Selasa (19/9/2023).


Sejumlah tokoh dihadirkan dalam side event Munas Konbes 2023 tersebut untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan Pemilu 2024. Di antaranya adalah Ketua PBNU H Savic Ali, Ketua KPU Hasyim Asy'ari, serta pendakwah dan inflencer Habib Husein bin Ja’far al-Hadar.


Dalam pemaparannya, Ketua PBNU H Savic Ali menjelaskan bahwa netizen (warganet) bisa memengaruhi terhadap jutaan orang. Ia mencontohkan, pada tahun 2016, sebelum pemilu Amerika yang akhirnya dimenangkan oleh Donald Trump, ada sekelompok pemuda yang berhasil memengaruhi publik melalui ratusan website yang dikelola secara pribadi.


“Mereka kerjaannya bikin website politik dalam Bahasa Inggris, menulis politik Amerika. Satu orang bisa punya puluhan website,” jelasnya.


Website-website yang dikelola anak-anak muda tersebut, kata Savic, banyak menuangkan tentang Donald Trump secara bombastis. Misalnya, Donald Trump mendapat restu dari Paus dan Hillary Clinton terlibat kasus.


“Dari kasus ini kita dapat menyaksikan bagaimana di era digital sekumpulan anak muda itu bisa memengaruhi politik negara adi daya Amerika,” imbuhnya.


Savic juga menyebut kasus serupa terjadi di Indonesia. Pada tahun 2019, misalnya, banyak orang yang membagikan tautan berita atau informasi yang bersumber dari website abal-abal yang saling menjelekkan antarcalon presiden.


“Bahkan orang-orang terdidik, S2, ikut menyebarkannya. Banyak sekali orang membagikan website A, B, C yang tidak jelas. Tidak terverifikasi dewan pers, bahkan struktur redaksinya tidak ada, alamatnya tidak ada,” tambahnya.


Sementara itu, Hasyim Asy'ari menyoroti tentang politik uang yang rawan terjadi di tahun politik. Menurutnya, adanya politik uang tidak hanya bersumber dari peserta pemilu, tapi juga dari pihak ketiga. Mereka biasanya adalah orang yang sedang melakukan judi, di Jawa namanya botoh.


“Botoh itu sebenarnya dunia judi antarorang yang tidak ada kaitannya dengan calon,” jelas Hasyim.


Namun saat di lapangan, kata dia, tim dari botoh dan tim calon pemimpin atau peserta pemilu ini bertemu. Akhirnya kedua belah pihak mencoba untuk menjalin relasi agar uang bisa bergulir kemudian botoh bisa menang judi dan calon menang pemilihan.


Turut hadir dalam halaqah ini dai Habib Husein Jafar, peneliti Amin Mudzakir, founder Alvara Institute Hasanuddin Ali, dan beberapa tokoh milenial lainnya.