Jakarta, NU Online
PT Pertamina (Persero) menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dari Rp13.900 per liter menjadi Rp12.800. Penurunan harga berlaku mulai Selasa (3/1/2023) pukul 14.00 ini.
Menanggapi kabar itu, Ekonom Nahdlatul Ulama (NU) Jaenal Effendi mengatakan bahwa menurunnya harga Pertamax mengikuti tren harga minyak dunia dan tren pasar harga produk BBM yang fluktuatif. Hal ini tidak ada kaitannya dengan isu resesi 2023.
“Harga minyak atau BBM terutama Pertamax dan Dexlite di Indonesia turun ini tidak ada kaitannya dengan resesi, lebih pada tren harga minyak dunia yang sudah melandai dibandingkan di 2022,” kata Jaenal , kepada NU Online, Selasa (3/1/2022).
Meski faktanya, kata dia, ketika negara dihadapkan dengan resesi ekonomi, otomatis harga BBM perlu diturunkan, mengingat daya beli masyarakat juga akan menurun selama resesi. Namun, pada kasus ini tidak ada hubungannya sama sekali.
“Awal tahun ini minyak dunia kelihatannya melandai di angka sekitar 38 persen itu menyebabkan tren harga minyak turun. Sementara di 2022 kemarin harganya melambung karena pengetatan perang Rusia-Ukraina,” terang Ketua Lembaga Perekonomian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LP PBNU) 2015-2021 itu.
Ia juga menyinggung, jika harga BBM diturunkan pada 2022 memang secara relatif akan menjadi lebih rendah atau lebih terjangkau masyarakat, tergantung seberapa besar penurunan harganya. Namun ini tidak menjamin akan mendorong konsumsi masyarakat karena daya beli yang memang turun dan kondisi pandemi Covid-19 ini juga membuat tingkat konsumsi turun.
“Nah, dibandingkan dengan 2022, aktivitas masyarakat masih terbatas karena adanya Covid-19 sehingga permintaan terhadap minyak tidak terlalu banyak dibandingkan kondisi-kondisi normal. Kemungkinan beberapa hal itu di 2023 ikut memicu BBM akan turun sebagaimana akan diumumkan pada pukul 14.00 WIB, nanti,” jelas dia.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa penurunan BBM jenis Pertamax kali ini adalah karena mengikuti tren pasar dan tren harga minyak dunia yang turun.
“Jadi, pertama, karena tren harga minyak dunia turun. Kedua, inflasi yang demikian sudah bisa terkendali dengan baik, dan yang ketiga ini permintaan terhadap BBM masih belum semarak seramai pada masa-masa ketika itu normal,” ucap Jaenal.
Kendati demikian, ia menambahkan, untuk saat ini yang mengalami penurunan harga hanya BBM yang ditetapkan berdasarkan harga pasar. Pertamax dan Dexlite ke atas. Sementara untuk minyak yang masih disubsidi, masih mengikuti kebijakan pemerintah.
“Beda halnya dengan BBM Pertalite dan Solar, sepertinya menjadi ketetapan dari pemerintah karena ini terkait dengan kebijakan pemerintah mensubsidi dua bahan bakar tadi,” terang Jaenal.
“Jadi tidak dikarenakan adanya resesi tapi karena variabel-variabel ekonominya yang mempengaruhi harga pasar,” pungkasnya.
Baca Juga
Khutbah Jumat: Mari Hemat BBM!
Sebagai informasi, jenis BBM yang mengalami penurunan harga adalah jenis bahan bakar umum (JBU) milik PT Pertamina (Persero), antara lain: produk jenis Gasoline (bensin), Pertamax (RON 92) disesuaikan menjadi Rp 12.800 per liter atau turun Rp 1.100 dari sebelumnya Rp 13.900.
Kemudian, Pertamax Turbo (RON 98) yang turun harga dari Rp 15.200 per liter menjadi Rp 14.180 per liter sejak penyesuaian harga terakhir dilakukan pada 1 Desember 2022.
Sementara untuk produk jenis Gasoil (diesel), yakni Dexlite (CN 51), harganya menjadi Rp 16.150 per liter atau turun dari sebelumnya Rp 18.300 per liter, sedangkan Pertamina Dex (CN 53) mengalami penyesuaian harga menjadi Rp 16.750 per liter dari sebelumnya Rp 18.800 per liter.
Harga baru ini berlaku untuk provinsi dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen seperti di wilayah DKI Jakarta.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF