Indonesia Dibangun atas Kebinekaan, Alissa Wahid: Rayakan Perbedaan, Jaga Persatuan
Rabu, 17 Agustus 2022 | 18:30 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Qotrunnada Wahid, menjelaskan bahwa Indonesia dibangun di atas keragaman. Hal tersebut melatarbelakangi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk senantiasa merayakan perbedaan dan menjaga persatuan.
“Tugas kita adalah merayakan perbedaan sekaligus menjaga persatuan,” katanya kepada NU Online, Rabu (17/8/2022).
Dalam ikhtiar menjaga keutuhan bangsa, Putri Sulung Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengatakan bahwa sikap tawazun atau seimbang dalam segala hal menjadi kunci utama.
“Kita tidak boleh memaksakan keseragaman, tapi kita juga tidak boleh pecah sebagai bangsa,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, penerapan sikap adil (ta'adul), toleran dan saling menghargai (tasamuh), serta kerja sama (ta'awun) juga penting dalam upaya menjaga keutuhan negara pada level keseharian.
Penerapan nilai-nilai tersebut, dilihatnya sebagai hal yang telah lulus dilakukan oleh warga Nahdliyin. “Bagi warga NU, dengan menjalankan prinsip aswaja annahdliyyah dan Pancasila, sudah pasti akan terhindar dari perpecahan dan konflik,” ungkapnya.
Sementara keutuhan bangsa diperjuangkan, kemajemukan pun harus terawat. Menurut Alissa, merawat kemajemukan dan jati diri bangsa dapat dilakukan dengan memperkuat persaudaraan sesama Muslim (Ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sebangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan sesama manusia (Ukhuwah basyariyah).
“Kita perlu membuka ruang perjumpaan dengan masyarakat dari berbagai suku, budaya, agama. Dari sana, kita bisa saling belajar, lalu membangun kerja sama,” papar Alissa.
Ia juga menilai bahwa dalam upaya tersebut, seseorang perlu menghilangkan prasangka buruk atas dasar identitas kelompok, suku, dan agama. Tanamkan dalam pikiran akan keyakinan bahwa semua kelompok masyarakat menghendaki Indonesia yang damai, adil, dan makmur.
Memaknai kemerdekaan sebagai kedaulatan berbangsa
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian itu memaknai kemerdekaan sebagai kedaulatan atas kehidupan bangsa. Merdeka, lanjutnya, ialah berdaulat menentukan arah dan jalan hidup tanpa disetir oleh pihak manapun.
Ia juga melihat bahwa melekat erat pada kemerdekaan adalah tanggung jawab untuk mengelola kedaulatan itu. “Tidak di bawah kuasa pihak lain, dan tidak bisa bebas hanya mengikuti hawa nafsu,” pungkas Alissa.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin