Jakarta, NU Online
Musim kemarau yang berkepanjangan telah menyebabkan berbagai masalah terkait air di Indonesia. Sumber-sumber air seperti sungai dan danau mengering, sumur-sumur air dangkal menjadi kering, dan akses masyarakat terhadap air bersih terbatas. Krisis air ini tidak hanya memengaruhi pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga mengancam ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Setiap tahun, musim kemarau di Indonesia menjadi tantangan serius dalam hal pasokan air bersih. Krisis air telah menjadi problem tahunan yang memengaruhi masyarakat di berbagai wilayah. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) mengungkapkan beberapa kiat pencegahan yang dapat membantu mengatasi krisis air di masa depan.
“Untuk mencegah permasalahan krisis air setiap tahun yang selalu muncul, LPBI PBNU punya usul konkret dengan beberapa cara,” ungkap Wakil Ketua LPBI PBNU Maskut Candranegara dalam keterangannya diterima NU Online, Senin (2/10/2023).
Maskut menilai, pengembangan infrastruktur air bersih merupakan salah satu tindakan preventif terkait krisis air di musim kemarau. Pemerintah dapat melakukan peningkatan infrastruktur air bersih, termasuk peningkatan jaringan distribusi air dan penyediaan sumur-sumur bor yang dapat diakses oleh masyarakat.
“Memperbanyak membuat penampungan air hujan dengan membuat embung-embung di setiap lahan kosong setiap desa atau kampung. Juga memperbanyak sumur-sumur resapan atau biopori, agar air resapan dapat dimanfaatkan saat musim kemarau tetap tersedia air dalam tanah,” jabar dia.
Maskut menambahkan, kerja sama lintas-sektoral antara pemerintah, dan masyarakat sipil menjadi penting dalam mengatasi krisis air. Hal ini melibatkan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan dan pelaksanaan program pencegahan.
Salah satu upaya terkait pengadaan akses air bersih yang telah berlangsung yakni melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menggagas program Indonesia Water Farm (IWF) untuk mendorong pemerataan akses air bersih bagi seluruh masyarakat di Tanah Air.
“Program tersebut dalam rangka memberi solusi alternatif bagi pemerintah untuk memperluas akses masyarakat terhadap air bersih melalui dana bukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” terangnya.
Tak kalah penting dari itu, praktik reboisasi juga dinilai efektif sebagai salah satu langkah penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah krisis air.
Maskut menyebut, reboisasi sebagai tindakan penanaman kembali pohon-pohon kembali sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem karena ia memiliki peran utama dalam siklus air di bumi.
“(LPBI PBNU) mengajak masyarakat apabila akan menebang satu batang pohon, harus menanam pohon dua batang, atau melakukan reboisasi menanam pohon yang memiliki akar, berfungsi untuk menyerap air di dalam tanah pada tanah perbukitan,” tuturnya.
“Semakin banyak pohon, maka cadangan air makin banyak tersimpan. Untuk itu, menanam pohon atau reboisasi (penghijauan lahan) merupakan salah satu upaya untuk mengurangi krisis air bersih,” imbuhnya.