Inilah Tokoh yang Pengaruhi Gaya Dakwah Habib Husein Ja'far: dari Cak Nun hingga Gus Mus
Senin, 22 April 2024 | 18:08 WIB
Habib Husein Ja'far dalam tayangan Kisah Para Pendakwah di Youtube NU Online. (Foto: tangkapan layar)
Jakarta, NU Online
Pendakwah milenial Habib Husein Ja'far Al Hadar mengungkapkan bahwa gaya dakwahnya yang kental dengan nuansa kultural banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh inspiratif, dari Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) hingga KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).
"Sebenarnya kalau diperhatikan corak dakwah saya itu lebih bersifat kultural sehingga lebih banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh kultural. Salah satu yang sangat berpengaruh itu adalah Emha Ainun Nadjib, Cak Nun," ungkap Habib Husein dalam tayangan Misi Dakwah Husein Ja'far: Wakaf Umur | Kisah Para Pendakwah #4, dikutip NU Online, Senin (22/4/2024).
"Saya mendengarkan kaset-kasetnya Cak Nun dari SD, kemudian saya membaca bukunya Cak Nun Surat Buat Kanjeng Nabi itu di usia yang sangat kecil, karena ayah saya punya buku-bukunya Cak Nun," imbuh Habib Husein Ja'far.
Kehadiran di majelis-majelis Maiyah yang dipimpin oleh Cak Nun dari Jawa Timur hingga Jakarta, melalui Kenduri Cinta, juga turut memberikan pengaruh yang kuat dalam perjalanan dakwah Habib Husein Ja'far.
"Kemudian saya menjadi jamaah Maiyah. Hadir di majelis-majelisnya Cak Nun itu secara intensif sejak di Jawa Timur sampai di Jakarta melalui Kenduri Cinta. Jadi itu sangat berpengaruh," jelasnya.
Lulusan Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengaku mengagumi sosok Syekh Mutawalli Sya'rawi, seorang ulama yang terkenal dengan gaya dakwah yang memukau dan sarat makna.
Habib Husein Ja'far mengagumi cara Syekh Mutawalli membangun suasana dan menyampaikan pesan-pesan spiritual dengan kata-kata yang singkat, tetapi penuh daya gedor emosional dan spiritual.
"Kalau harus menyebut pendakwah saya itu dari dulu menggemari gaya dakwahnya Syekh Mutawalli Sya'rawi. Bagaimana cara beliau membangun suasana, memakai diksi-diksi, kemudian dalam tanda petik 'menyihir' pendengarnya itu dengan kata-katanya yang singkat padat dan betul-betul punya daya gedor emosional dan spiritual yang sangat kuat," ujarnya.
Dalam hal penulisan, Habib Husein Ja'far mengaku banyak terinspirasi dari karya-karya para sufi seperti Sayyed Hossein Nasr, Annemarie Schimmel, dan Karen Armstrong, baik yang berasal dari kalangan Muslim maupun non-Muslim.
"Saya mungkin banyak terpengaruhi oleh penulis-penulis Sufi seperti Sayyed Hossein Nasr, Annemarie Schimmel, kemudian Karen Armstrong, baik Muslim maupun non-Muslim," tuturnya.
Habib Husein Ja'far menilai, buku-buku tersebut telah menjadi konsumsi penting bagi kelas menengah Muslim pada era 1990-an di Indonesia, di antaranya karya-karya dari cendekiawan seperti Kuntowijoyo dan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.
"Saya kira ya, kalau orang hidup di era 90-an itu ada kelas menengah Muslim yang membaca buku-buku cendekiawan Muslim seperti itu, di antaranya juga kalau nama-nama di Indonesia ada Kuntowijoyo kemudian Gus Mus," jelasnya.
Namun, ia juga menyayangkan bahwa kelas menengah Muslim saat ini cenderung lebih fokus pada aspek ekonomi dibandingkan dengan aspek keagamaan atau keislaman. Nama-nama besar yang dahulu banyak diakses oleh masyarakat kini mulai jarang terdengar, sehingga kelas menengah Muslim menjadi kosong dalam hal konsumsi intelektual keagamaan.
"Itu nama-nama yang kayaknya dulu diakses oleh mayoritas Muslim di Indonesia yang kemudian entah kenapa, nama-nama itu kemudian sekarang tidak ada lagi, sehingga kelas menengah Muslim itu menjadi kosong. Kelas menengah itu sekarang lebih ke bersifat ekonomi itu ketimbang keagamaan apalagi keislaman gitu," tutupnya.