Para pengunjung terlihat menyesaki toko-toko di Pasar Tanah Abang Blok A, Kamis (8/3/2024). (Foto: NU Online/Suci)
Jakarta, NU Online
Menjelang Ramadhan, geliat bisnis di pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara yakni Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat sudah mulai dipadati oleh para pembeli dari berbagai penjuru kota. Mereka datang untuk membeli dan menjual kembali pakaian, perangkat shalat, fashion muslim menjelang lebaran nanti. Peputaran ekonomi pun tak berhenti di situ aja, beberapa pelaku bisnis atau pelaku usaha ikut terdampak.
Berdasarkan pantauan NU Online di Pasar Tanah Abang blok A terlihat sudah ramai pengunjung meskipun di hari kerja. Mereka berbondong-bondong memasuki area pasar Tanah Abang. Berjalan pelan sambil menebarkan pandangan pada pakaian yang dijajakan pedagang. Jalanan kecil di antara kios juga sesak. Adu bahu antar pengunjung pun tak terelakkan.
Di antara mereka tampak tergopoh menenteng kantong berisi belanjaan yang sudah dibeli. Para porter juga sibuk memangguli berbal-bal pakaian maupun produk tekstil lainnya. Sementara pengunjung sibuk memburu produk fashion untuk ibadah ramadhan. Berkah ramadhan tidak hanya dirasakan pedagang busana muslim namun juga dirasakan pedagang makanan di Tanah Abang blok A.
Saat mendatangi lantai 8, nampak banyak pengunjung yang beristirahat sembari makan usai berbelanja meskipun tidak penuh sesak. Namun meja-meja makan tampak terisi penuh. Para pedagang mengaku penjualan meningkat jelang Ramadhan dan hiruk pikuk pengunjung memang selalu terjadi mendekati bulan puasa. Pedagang makanan, Hesti mengatakan, penghasilan meningkat dari bulan-bulan biasanya, naiknya hingga 80 persen.
"Alhamdulillah sih, lumayan ramai kalau hari biasa. Kalau Sabtu-Minggu lebih ramai lagi apalagi menjelang puasa. Dibanding tahun kemarin, tahun ini lebih banyak pembeli yang mampir ke kios, kira-kira meningkat hingga 80 persen," ujarnya.
Sementara itu, pedagang hijab di Pasar Tanah Abang blok B, Vina mengatakan sejak pagi sudah ada puluhan pengunjung yang menghampiri di kiosnya. Sebagian datang untuk membeli. Tak sedikit pula yang datang hanya untuk melihat-lihat koleksi hijab dan basa basi.
"Banyak yang memborong hijab untuk dijual kembali apalagi tren terbaru banyak diminati pembeli. Tren terbaru di tahun ini adalah hijab bermotif dari bahan jersey sublim sampai hijab instan resleting," kata Vina.
Diakui Vina, dalam empat hari penjualan pun meningkat drastis dari hari biasanya, ia memprediksi kenaikan omzet bakal terjadi hingga menjelang lebaran Idul Fitri.
"Alhamdulillah sih naiknya banyak dibanding hari sebelumnya. Omzetnya naik hingga 50 persen apalagi jelang lebaran nanti bakal ramai pengunjung," kata Vina.
Pedagang baju Muslim, Sudrajat mengatakan meski sudah sangat terlihat ramai namun jumlah pengunjung di tokonya belum menyamai kondisi normal saat pandemi Covid-19. Penjualan sejauh ini masih lesu meskipun bulan ramadhan sudah di depan mata.
"Kalau trennya dibanding bulan-bulan sebelumnya lewat sih, kalau lihat grafiknya merosot. Kalau dihitung biaya pengolahan barang sebenarnya costnya naik cuma karena pasarannya turun terpaksa kami tekan keuntungan apalagi pelanggan kita membeli untuk dijual kembali di beberapa daerah," ujarnya.
Kondisi pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara ini memang diketahui tak seramai tahun lalu selain disebabkan oleh gempuran e-commerce pasar Tanah Abang masih terus diserbu oleh produk-produk impor.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia, Redma Gita Wisawasta memperingatkan serbuan barang impor khususnya dari China bisa membanjiri pasar domestik lagi hal tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi China yang tak sesuai dengan ekspetasi. Kondisi ini kemudian diperburuk perekonomian di sejumlah negara yang bahkan mengalami resesi seperti halnya Jepang.
Kondisi ini diakui bakal menimbulkan efek domino sampai ke Indonesia termasuk tumpahan barang dari China ke Indonesia sama halnya dengan pengakuan Sudrajat. Ia mengaku bahan pakaian berasal dari luar negeri yang memiliki kualitas yang baik dan harga terjangkau. Namun apabila produk dari China terus membanjiri pasar domestik lagi tentu saja hal ini akan menambah kondisi buruk pasar domestik.
"Untuk bahan kita impor cuma jahit sendiri dari garmen. Kenapa ambil dari China karena lebih murah dan sebagian campur bahan lokal," ujarnya.
Aktivitas di Tanah Abang seringkali jadi tolak ukur pola konsumsi masyarakat di tanah air. Barang-barang yang dijual di pasar ini banyak dibeli untuk diperdagangkan lagi di berbagai daerah.
Pembeli asal Kendari, Sulawesi Tenggara, Sunarti menyebut sudah biasa membeli pakaian di Tanah Abang menjelang bulan Ramadhan. Dia membeli pakaian baju muslim untuk dijual kembali.
"Udah biasa beli di sini kalau mau puasaan, beli pakaian anak sama baju muslim buat Lebaran," kata warga asal Kendari, Sulawesi Tenggara.
Ia mengaku lebih tertarik membeli pakaian langsung ke pasar ketimbang melalui online mengingat barang tak sesuai dengan gambar. "Pernah beli tapi banyak kecewanya. Yang di-upload bagus-bagus tapi yang datang mengecewakan," ungkap Sunarti.