Nasional

Kaleidoskop 2021: Respons NU Atasi Gempa Majene hingga Banjir Melawi

Kamis, 30 Desember 2021 | 21:30 WIB

Kaleidoskop 2021: Respons NU Atasi Gempa Majene hingga Banjir Melawi

Relawan NU Peduli menyalurkan bantuan untuk warga terdampak bencana gempa bumi Majene dan Mamuju Sulawesi Barat (Foto: dok NU Peduli)

Jakarta, NU Online

Masyarakat Indonesia masih harus menghadapi dampak Covid-19 tahun 2021 ini. Pada saat yang bersamaan berbagai peristiwa bencana alam dan tragedi juga melanda.

 

Gempa Mamuju dan Majene

Awal 2021, tepatnya pada Jumat 15 Januari 2021, bencana gempa bumi tektonik melanda Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Gempa yang terjadi pukul 02.28 WITA dengan kekuatan 6,2 Magnitudo mengakibatkan sejumlah fasilitas bangunan dan jalan rusak parah, serta tercatat sejumlah warga meninggal dunia.

 

Merespons peritiwa tersebut, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengirimkan relawan dan tim kesehatan ke daerah terdampak gempa. Tim diberangkatkan Ahad (17/1/2021) malam. Tim yang diutus PBNU yaitu keterwakilan dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI), NU Care-LAZISNU serta dokter dan perawat di Lembaga Kesehatan NU (LKNU).

 

Para relawan yang dikirim PBNU dari Jakarta berkolaborasi dengan relawan NU daerah yang sudah lebih awal terjun ke lapangan untuk membantu para korban. Di sana, PBNU menyalurkan kebutuhan dasar untuk masyarakat yang ada di Kabupaten Majene. Ratusan masyarakat penyintas gempa tektonik itu pun akan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara gratis dari PBNU.  

 

Jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182 di Kepulauan Seribu

Sabtu (9/1/2021) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak mengalami kecelakaan. Pesawat hilang kontak empat menit setelah lepas landas pada Sabtu pukul 14.40 WIB. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pesawat hilang dari radar dalam hitungan detik.  Sebelum dinyatakan kehilangan kontak, pilot sempat meminta naik ke ketinggian 29.000 kaki. Dalam penerbangan tersebut, pesawat mengangkut 43 penumpang dewasa, 7 penumpang anak, 3 penumpang bayi, dan 12 kru pesawat. Posisi terakhir, pesawat diketahui berada di atas Kepulauan Seribu.

 

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Lembaga Dakwah PBNU, pada Ahad (10/1/2021) menggelar Istighotsah dan Tahlil untuk para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya SJ 182. Ketua Aswaja Center PBNU KH Misbahul Munir yang mengimami istighotsah tersebut mengatakan bahwa korban kecelakaan pesawat ini merupakan Muslim yang meninggal dalam keadaan syahid akhirat. Banyak keterangan yang menyebutkan bahwa seorang Muslim yang meninggal mendadak seperti tercebur di laut maka termasuk meninggal dalam keadaan syahid.

 

Kiai Misbah menambahkan para keluarga korban juga diharapkan senantiasa diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah swt dalam menghadapi musibah ini. Ia juga berharap para petugas di lapangan yang melakukan evakuasi korban dan pesawat diberi kekuatan oleh Allah dan mampu bekerja dengan baik agar permasalahan kecelakaan ini bisa ditangani dengan baik.

 

"Insyaallah kalau kita peduli kepada orang yang sudah wafat, ketika kita mati, orang lain pun akan peduli dengan kita," jelasnya.

 

Kiai Misbah menambahkan bahwa bacaan istighotsah, Yasin, dan tahlil yang dibaca pada kegiatan tersebut sejatinya adalah amal dari mayit korban kecelakan Pesawat Sriwijaya SJ 182. Karena doa yang dipanjatkan oleh orang yang masih hidup merupakan buah dari kebaikan yang dilakukan orang meninggal semasa hidupnya.

 

"Kenapa kita digerakkan hatinya rela membaca doa. Saudara bukan kenal nggak. Kenapa? (Karena) ini adalah amal dari mereka almarhum dan almarhumah," jelas Kiai Misbah. Mengutip hadit Nabi Muhammad SAW, Kiai Misbah mengingatkan agar sesama umat Islam harus saling peduli. "Bukan golonganku, orang yang tidak peduli pada saudaranya sesama Muslim. Mari saling membantu," pungkasnya.

 

KRI Nanggala 402 tenggelam di laut utara Bali

Rabu (21/4/2021) KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali. KRI Nanggala-402 melakukan penyelaman pada pukul 03.46 waktu setempat. Kemudian pukul 04.00, kapal melaksanakan penggenangan peluncur torpedo yang merupakan kontak terakhir dengan kapal selam tersebut.

 

"Penenggelaman peluncur torpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Achmad Riad.

 

Saat komandan gugus tugas latihan memberikan otoritas penembakan torpedo, di situlah komunikasi KRI Nanggala-402 terputus.

 

Tenggelamnya KRI Nanggala 402 mengundang keprihatinan banyak pihak. Musibah tersebut juga menambah daftar panjang perlunya evaluasi menyeluruh terhadap alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki oleh Indonesia. Padahal anggaran alutsista di Kementerian Pertahanan RI termasuk yang paling tinggi. KRI Nanggala 402 akhirnya dinyatakan tenggelam di perairan laut utara Bali, Sabtu (24/4/2021). Sebanyak 53 anggota TNI AL dinyatakan meninggal dunia bersamaan tenggelamnya kapal selam tersebut.
 

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam atas insiden hilang kontak dan tenggelamnya KRI Nanggala-402 milik TNI Angkatan Laut. PBNU juga mengajak seluruh masyarakat memanjatkan doa untuk keselamatan 53 awak penumpang kapal selam itu.

 

"Kita semuanya sebagai bangsa Indonesia, merasakan duka yang sangat mendalam atas tenggelamnya KRI Nanggala-402 yang membawa 53 awak penumpang prajurit TNI AL yang sedang bertugas menjalankan tugas negara di perairan Bali," tutur Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini.

 

PBNU meminta kepada semua pihak agar tidak melakukan berbagai spekulasi dengan membuat analisis yang tidak mendasar. Sebab hal itu justru akan membuat informasi yang simpang siur, bahkan dapat memperkeruh suasana. PBNU berharap dan mempercayakan sepenuhnya kepada tim yang telah dibentuk TNI agar bekerja secara maksimal dalam upaya melacak keberadaan KRI Nanggala-402 itu.

 

Ia mengajak umat Islam dan warga NU agar membacakan surat Al-fatihah dan kepada non-Muslim untuk turut mendoakan sesuai kepercayaan masing-masing. "Mari membacakan surat Al-Fatihah, dan kepada yang lainnya mari kita membacakan doa menurut kepercayaan dan agama masing-masing, ‘ala hadzihinniyyah Al-Fatihah," pungkasnya.

 

Banjir Melawi dan Sintang
September 2021 banjir merendam beberapa daerah di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Banjir disebabkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi dalam dua pekan terakhir. Gerakan Pemuda (GP) Ansor Melawi bekerja sama dengan Polres Melawi pun sigap mengantarkan paket sembako kepada masyarakat terdampak banjir.

 

Ketua GP Ansor Melawi, Rusdiman, mengatakan bahwa bakti sosial berupa penyaluran paket sembako bekerja sama dengan Polres Melawi merupakan bentuk sinergi dan komunikasi yang selama ini telah terbangun dengan baik antara kedua belah pihak. Bakti sosial penyaluran paket sembako hari ini, lanjut dia, dilaksanakan di Dusun Sungai Raya, Desa Kompas Raya, Kecamatan Pinoh Utara, sebagai salah satu wilayah terdampak banjir di Melawi, Selasa (7/9/2021).

 

"Semoga bantuan paket sembako ini dapat membantu meringankan warga masyarakat Desa Kompas Raya yang terdampak banjir," harap Rusdiman.

 

Penyaluran bantuan tersebut bekerja sama dengan Polres Melawi. Wakapolres Melawi, Kompol Agus Mulyana, menerangkan bahwa bakti sosial penyaluran paket sembako yang dilaksanakan bekerja sama dengan GP Ansor Melawi merupakan bentuk tindak lanjut Polres Melawi dalam menyikapi musibah banjir yang melanda beberapa wilayah tersebut. "Harapan kami, adanya kerja sama Polres dengan Pemuda Ansor Banser Melawi dapat memudahkan penyaluran bantuan secara langsung kepada masyarakat terdampak banjir," ujarnya.

 

Paket bantuan tersebut disalurkan dengan mendatangi secara langsung rumah-rumah warga terdampak banjir. Penyaluran paket menggunakan perahu tambang yang difasilitasi Kepala Desa Kompas Raya.

 

Banjir juga terjadi di Kabupaten Sintang. Banjir itu terjadi akibat kerusakan lingkungan di daerah tangkapan hujan. Berdasarkan data, tercatat lebih dari 124 ribu orang terkena dampak banjir di Sintang Kalbar ini hingga Selasa (11/11/2021). Rinciannya, warga terdampak mencapai 35.807 keluarga atau 124.497 jiwa; warga yang mengungsi berjumlah 7.545 keluarga atau 25.884 jiwa.


Warga yang mengungsi tersebar di 32 pos pengungsian. Pos pengungsian tersebut didukung 24 dapur umum yang dioperasikan. Laporan BPBD menyebut, sejumlah pos pengungsian maupun dapur umum ini tersebar di 12 kecamatan, khususnya titik-titik yang aman dari genangan air.

 

Selain peristiwa tersebut, dalam tahun 2021 ini juga terjadi dua bencana lainnya yaitu awan panas guguran Semeru dan gempa bumi Nusa Tenggara Timur (NTT).

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan


Terkait