Kaleidoskop 2023: Gelombang Pengungsi Rohingya Berdatangan ke Aceh
Kamis, 28 Desember 2023 | 20:00 WIB
Para pengungsi Rohingya yang berdatangan ke Aceh dan ditampung sementara di Kabupaten Pidie, pada 19 November 2023. (Foto: NU Online/Reza)
Jakarta, NU Online
Di penghujung 2023, gelombang pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Indonesia melalui Aceh. Mereka yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak itu datang ke Indonesia menggunakan kapal-kapal kayu. Berbeda dengan sebelumnya, mereka yang datang pada akhir tahun ini mendapatkan penolakan sana-sini.
Adapun untuk rinciannya adalah pada 14 November 2023 di Desa Kalee, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie mendarat 195 orang, terdiri dari laki-laki 41 orang, perempuan 49 orang, anak-anak 104 orang. Lalu 15 November di Pasie Meurandeh, Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, mendarat 147 pengungsi, terdiri dari laki-laki 30, perempuan 38, anak-anak 79.
Selanjutnya 19 November 2023 di Kabupaten Pidie, mendarat 233 pengungsi, terdiri dari laki-laki 52, perempuan 64, anak-anak 117. Kemudian di Kabupaten Aceh Timur 36 pengungsi, terdiri dari laki-laki 7, perempuan 7, anak-anak 22. Lalu tanggal 22 November 2023, 222 imigran mendarat di Sabang, terdiri dari 51 laki-laki, perempuan 59, anak-anak 112. Tanggal 2 Desember 2023 mendarat kembali di Sabang 139 orang, terdiri dari laki-laki 36, perempuan 45, anak-anak 58.
Pada 10 Desember 2023, pengungsi Rohingya kembali mendarat di Kabupaten Pidie, sebanyak 180, terdiri dari laki-laki 53, perempuan 74, anak-anak 53. Hingga akhir tahun 2023, terdapat 1699 pengungsi Rohingya yang tersebar di beberapa kamp pengungsian di Aceh
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menyebut bahwa kasus pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia akibat konflik di Myanmar merupakan masalah bagi negara-negara di Asia Tenggara. Menurut Gus Ulil, Indonesia sebagai tetangga memiliki kewajiban untuk menolong para pengungsi Rohingya itu agar mendapat perlindungan. Selain itu, sebagai sesama Muslim juga memiliki kewajiban untuk menolong.
"Rohingya ini adalah masalah ASEAN. Menurut saya, kita punya kewajiban menolong sebagai negara tetangga. Kewajiban lain adalah menolong sesama Muslim karena Rohingya ini juga Muslim. Jadi, ada ada dua kewajiban yang harus kita kedepankan yakni mas'uliyatul jiwar dan mas'uliyatul insaniyah," ujar Gus Ulil kepada NU Online, pada 10 Desember 2023.
Adapun soal Presiden Joko Widodo menduga kuat adanya keterlibatan human trafficking atau upaya sistematis tindak pidana perdagangan orang (TPPO) tentu menjadi tugas pemerintah untuk terus melakukan investigasi.
Sementara itu, menyikapi fenomena penolakan etnis Rohingya oleh masyarakat Aceh di beberapa lokasi, Antropolog UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Idria mendorong masyarakat Aceh tetap membantu secara kemanusiaan karena pertolongan darurat itu harus tetap diutamakan.
"Tidak ada pilihan lain bagi masyarakat selain membantu," ujar Reza sebagaimana dikutip NU Online.
Menurutnya, kehidupan pengungsi Rohingya berada dalam posisi rentan. Mereka tidak akan tahu masa depan mereka seperti apa, dan ini menyebabkan mereka menjadi kelompok fragile bahkan ada isu yang mengungkap bahwa mereka ini dijadikan objek perdagangan manusia.
Reza memaparkan bahwa ada dua alasan utama yang menjadikan Aceh tempat mendarat adalah pertama karena letak geografis dan kedua sudah ada informasi sebelumnya bahwa masyarakat di Aceh menerima dan sangat ramah terhadap pengungsi.
Pengungsi Rohingya diusir
Ribuan massa mahasiswa yang terdiri dari Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama, dan Bina Bangsa Getsempena menggelar demonstrasi di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) yang menjadi tempa pengungsian sementara warga Rohingya.
Dilansir CNN Indonesia, para mahasiswa itu mengusir paksa pengungsi Rohingya dari Gedung BMA menuju Kantor Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Aceh, pada Rabu (27/12/2023) kemarin. Pengungsi yang berada di Gedung BMA berjumlah 135 orang. Mereka mendarat pada 10 Desember 2023 lalu di pesisir Kabupaten Aceh Besar.