Kaleidoskop 2023: R20 ISORA, Upaya PBNU Selesaikan Krisis Kemanusiaan di Palestina
Kamis, 21 Desember 2023 | 08:00 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bersama para tokoh agama dunia pada R20 ISORA di Hyatt Park, Jakarta, Senin (27/11/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan kerja sama antarumat beragama. Komitmen ini ditunjukkan salah satunya melalui inisiatif R20 International Summit of Religious Authorities atau R20 ISORA.
R20 ISORA mengangkat tema "Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan". Kegiatan ini dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Hotel Park Hyatt Jakarta, pada Senin (27/11/2023) lalu.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengungkapkan bahwa gagasan pelaksanaan ISORA dilatarbelakangi dengan meningkatnya eskalasi konflik di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Para pemimpin agama yang tergabung dalam jaringan R20 bersepakat untuk mengadakan sebuah agenda untuk mendorong solusi nyata agar konflik yang terjadi di Gaza dapat diselesaikan dalam waktu sesegera mungkin.
Dalam forum tersebut, para pemimpin agama mempresentasikan tanggapan mereka terkait solusi yang bisa diberikan melalui jalur agama atas permasalahan kemanusiaan yang terjadi di berbagai negara, terutama di Palestina. Acara tersebut dihadiri 150 partisipan dari dalam dan luar negeri dengan 27 tokoh agama dan penganut kepercayaan sebagai narasumber.
Dalam konteks konflik yang sedang berlangsung di Gaza, Palestina, Gus Yahya menyebut langkah-langkah konkret yang dihasilkan dari pertemuan R20 ISORA juga akan diimplementasikan dengan melibatkan pihak-pihak signifikan, termasuk pemerintah Israel dan Hamas. Tujuannya, terangnya, untuk menegaskan satu framework bersama bagi seluruh masyarakat internasional dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Melalui R20 ISORA, Gus Yahya mengatakan PBNU mendorong agar pemuka agama-agama di dunia bekerja bersama-sama, bukan sekadar melalui imbauan-imbauan, tapi juga memobilisasi pengikutnya untuk bisa ikut menegakkan dan mendorong diterapkannya framework konsensus internasional sebagai solusi.
Tujuannya, sambung dia, menciptakan tatanan internasional yang berdasarkan aturan, menghindari persaingan kekuatan, dan mencegah konflik yang terjadi di masa lalu terulang kembali.
Forum tersebut menghasilkan "R20 ISORA Call to Action", semacam seruan aksi bersama untuk melakukan tindakan. Berikut adalah naskah lengkap R20 ISORA Call to Action.
R20 ISORA: Call to ActionSehubungan dengan berkumpulnya para pemimpin agama dari seluruh dunia di Jakarta, Indonesia, pada 27 November 2023, untuk menghadiri R20 Pertemuan Puncak Forum Internasional Otoritas Agama (ISORA), guna membahas "Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah & Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan";
Sehubungan dengan dibukanya R20 ISORA secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, dan pidato beliau yang menggambarkan pertemuan ini sebagai "langkah konkret untuk menjembatani perbedaan di seluruh dunia guna mendorong perdamaian, harmoni, dan kemakmuran";
Mengingat bahwa otoritas keagamaan memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk memastikan bahwa kepercayaan mereka masing-masing berfungsi sebagai sarana untuk saling memahami dan rekonsiliasi, dan bukan sebagai pemicu siklus primordial kebencian, tirani, dan kekerasan yang berbasis identitas;
Mengingat bahwa konsensus internasional yang terwujud dalam Piagam PBB, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyediakan satu-satunya kerangka kerja yang saat ini ada dan layak untuk menyelesaikan konflik berbasis identitas — termasuk konflik antaragama, dan kekerasan yang dilakukan atas nama agama;
Mengingat bahwa kegagalan aktor-aktor global untuk menghormati dan mempertahankan konsensus internasional pasca-Perang Dunia II sebagaimana tertuang dalam kerangka PBB dan UDHR merupakan penyebab utama ketidakstabilan dan konflik di seluruh dunia;
Mengingat bahwa otoritas keagamaan — bertindak dalam pelayanan kepada Tuhan dan kemanusiaan — seharusnya dengan gigih dan tegas bekerja sama untuk memvalidasi, menjaga, dan memperkuat konsensus internasional pasca perang, dan menuntut konsistensi dari semua pihak dalam penerapannya;
Mengingat bahwa upaya ini tidak cukup jika terbatas pada seruan keagamaan semata yang sifatnya tradisional; upaya harus dilengkapi dengan strategi yang disengaja dan berkelanjutan untuk memobilisasi kekuatan kolektif agama — termasuk dukungan orang-orang dari semua agama — dalam gerakan bersama untuk mencapai tujuan mulia ini;
Oleh karenanya, kami mendesak otoritas keagamaan dari setiap agama dan negara untuk menggerakkan kekuatan dan pengaruh komunitas masing-masing agar dapat memengaruhi kalangan pengambil keputusan; menghentikan konflik bersenjata yang melanda Timur Tengah, Eropa, Afrika Sub-Sahara, dan wilayah lain di dunia; serta mengembangkan mekanisme dialog dan negosiasi yang efektif, yang memungkinkan penyelesaian konflik-konflik tersebut secara damai.