Nasional

Karena Cinta, Pelukis Nabila Akan Hibahkan Puluhan Lukisan untuk PBNU

Selasa, 6 Februari 2018 | 02:02 WIB

Karena Cinta, Pelukis Nabila Akan Hibahkan Puluhan Lukisan untuk PBNU

Pelukis Nabila bersama Ketua PWNU Jatim saat pembukaan Sang Kekasih #2

Jakarta, NU Online 
Pelukis Nabila Dewi Gayatri akan menghibahkan puluhan lukisan wajah ulama Nusantara untuk PBNU. Ia berharap lukisan-lukisan itu akan dipampang di gedung yang dibangun KH Abdurrahman Wahid pada tahun 2000 itu di ruang atau beranda lantai 1 hingga 8.

Lukisan-lukisan itu, saat ini masih dipamerkan di Grand City Mall Surabaya, Jawa Timur, dari 3-12 Februari dengan tajuk Sang Kekasih #2. Tajuk dengan title #2 karena sebagian besar lukisan itu pernah dipamerkan di Grand Sahid Jaya, Mei tahun lalu, Jakarta, dengan tema sama. 

Menurut Nabila, selepas pameran di Surabaya, ia akan sowan Ketua Umum PBNU untuk menyampaikan niatnya itu. 

(Baca: Pameran Sang Kekasih #2 Ajak Kita Ingat Jasa Ulama)
(Baca: Melukis Wajah Kiai sebagai Tanda Bakti dan Penghormatan)
“Saya akan menghadap Buya (Kiai Said), baru saya kirim. Kalau kirim sih gampang. Mungkin ada serimonial ya, semacam penyerahan,” katanya ketika dihubungi NU Online (6/2).

Lukisan-lukisan yang mulai dibuat sejak 2014 itu tentu saja bukan barang murah. Ketika ditanya motif, Nabila menegaskan, hanya karena cinta.  

“Sederhana aja, aku melukisi kiai, karena cinta kiai. Nah, lukisan-lukisan  itu aku hibahkan kepada PBNU ya karena aku cinta NU. Gitu aja. Titik!”

Lukisan ulama Nusantara yang akan dihibahkan itu adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jimat NU yang memuat tiga kiai dari kakek hingga cucu, yaitu lukisan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Gus Dur, dan KH Wahid Hasyim. 

Kemudian lukisan Gus Dur sendirian, KH Said Aqil Siroj, Hadratussyekh KH Hasyim Asya’ri, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Sansuri, KH Ali Maksum, KH Ahmad Shiddiq, KH M. Ilyas Ruhiat, KH M. A. Sahal Mahfudh, KH A. Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin, Syekh Nawawi Al-Bantani.

Kemudian lukisan KH Hasan Gipo, KH A. Wahid Hasyim, KH Idham Chalid, Gus Dur, KH Hasyim Muzadi, KH Said Aqil Siroj, Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Chodlori, KH Maimoen Zubair, Habib Luthfi bin Yahya, KH Asnawi Kudus, ada lukisan KH Ihsan Jampes, KH Zainuddin Mojosari, KH Abdul Karim, KH Ridwan Abdullah, KH Hasan Genggong, KH Romly Tamim, KH Sholeh Darat, KH Abbas Buntet.

Lukisan lain, yaitu KH Sya’roni Ahmadi, KH Anwar Musaddad, KH Saifuddin Zuhri, KH Adlan Aly, KH Rifai Muslim Imampura, KH M. Ustman Al-Ishaqi, KH Moenasir Ali, KH Umar Mangkuyudan, KH Ali Yafie, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH Abdurrahman Wahid, KH Idham Chalid, KH Hamim Tohari Djazuli, KH As’ad Syamsul Arifin.

Lima lukisan lain, tujuh lukisan kiai dari Aceh, Padang, Sambas (Kalimantan Barat), Banjarmasin (Kalimantab Selatan), Bali, Lombok, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat). Lukisan-lukisan itu berukuran 120 x 100 cm. (Abdullah Alawi)


Terkait