Kata Kunci Guru Profesional adalah Adaptasi bukan Kualifikasi
Jumat, 1 April 2022 | 18:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pendidikan untuk Indonesia emas tahun 2045 menjadi salah satu pembahasan pada kegiatan Sarasehan Pendidikan Nasional yang digelar oleh Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Hotel Arya Duta Tugu Tani, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2022).
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari pakar pendidikan yang memaparkan tantangan masa depan pendidikan Indonesia pada tahun 2045 mendatang, salah satunya Pegiat Pendidikan Indonesia sekaligus Founder Sekolah dan Kampus Cikal, Najelaa Shihab.
Dalam paparanya, Najelaa menyampaikan sesuatu yang akan terjadi pada dunia pendidikan di tahun 2045 sesungguhnya sudah terjadi hari ini. Baik di ruang kelas, Madrasah atau ruang keluarga.
“Kita tidak mungkin mengharapkan sebuah kejutan, tiba-tiba 2045 akan muncul generasi pemimpin yang punya kompetensi, akhlak, karakter kalau proses jembatan menuju 2045 jika tidak dimulai dari sekarang. Sebab bibit perubahan, prediksi yang amat akurat setiap hari sudah terlihat di depan mata,” kata Elaa, sapaan akrabnya.
Najelaa memandang selama ini pendidikan di Indonesia gagal jadi jembatan masa depan. Gagal menyampaikan janjinya untuk menyiapkan semua lulusan yang bukan hanya berhasil dalam kelas, atau melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya untuk berkontribusi di masyarakat.
Jika melihat dinamika pekerjaan, ungkap Elaa, murid-murid sekarang atau generasi Z dan Alpha sudah ada empat angkatan yang lulus dan mulai menjajaki dunia kerja. Mereka, diprediksi akan berganti pekerjaan sampai 14 kali sepanjang hidupnya.
“Terus kita mau seolah-olah mencocokkan betul apa yang dihadapi sekolah dengan apa yang dihadapi di tempat kerja. Kan, gak akan mungkin link and match,” kata putri sulung dari Prof Quraish Shihab itu.
Berangkat dari persoalan tersebut, ia menjelaskan satu-satunya cara untuk melakukan perubahan adalah pendidikan yang memberdayakan, memerdekakan, menumbuhkan kompetensi untuk terus beradaptasi dengan situasi apapun yang dihadapi.
“Profesi, profesional, kata kuncinya itu adaptasi bukan kualifikasi. Kemampuan adaptasilah yang menentukan kompetensi. Semakin kompeten guru semakin tinggi kemampuanya untuk beradaptasi,” jelasnya.
Baca Juga
11 Adab Guru Menurut Imam Al-Ghazali
Senada, Ketua LP Ma’arif NU PBNU Prof Ali Ramdhani mengungkapkan madrasah atau sekolah dan perguruan tinggi sesungguhnya tengah kebingungan ketika melakukan sebuah proses pendidikan untuk menyiapkan anak bangsa pada poros utama dari pembangunan.
“10 tahun ke depan anak-anak akan memegang profesi yang pada hari ini belum dikenal. Ke depan akan banyak profesi lahir, sama halnya ketika kita mengenal hari ini ada profesi youtuber yang tidak pernah kita kenal sebelumnya,” ungkapnya.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI menerangkan bahwa anak didik menggunakan perangkat analisis ilmu pengetahuan yang belum terumuskan dengan baik dan mereka akan menggunakan perangkat teknologi yang belum pernah dipakai.
“Maka hal ini bisa kita lampaui ketika membaca masa depan,” terangnya.
Selain itu, kata dia, kemampuan adaptasi dari seluruh guru menjadi penting dan adaptasi untuk menimba berbagai dinamika kekinian itu meniscayakan agar senantiasa belajar sepanjang hayat yang menjadi mandatory Rasulullah terhadap setiap individu.
Ramdhani berharap melalui kekuatan adaptasi yang disertai dengan kekokohan pada ruang keagamaan itu akan menciptakan insan-insan yang paripurna atau dalam bahasa lain Insan Kamil.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Aiz Luthfi