Kecelakaan Maut Siswa SMK, KPAI Desak Kemendikbud Keluarkan Edaran Pembatasan Outing Class
Senin, 13 Mei 2024 | 20:30 WIB
Kecelakaan bus di Subang pada Sabtu (11/5/2024) petang yang membawa siswa SMK Lingga Kencana Depok, Jawa Barat. (Foto: Antara)
Jakarta, NU Online
Kecelakaan rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, Jawa Barat di Subang, Sabtu (11/5/2024) mendorong pembatasan outing class atau kelulusan bagi siswa sekolah yang dapat mengarah kepada kebijakan diskriminatif dan mengancam keselamatan peserta didik.
Bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, Jawa Barat, hingga menyebabkan 11 orang meninggal. Kecelakaan itu terjadi di Ciater, Subang, saat rombongan pelajar dan guru SMK Lingga Kencana hendak kembali ke Depok seusai acara perpisahan.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bidang Pendidikan Aris Adi Leksono meminta Kemendikbudristek mengeluarkan edaran kegiatan keluar sekolah atau outing class yang dapat membahayakan siswa.
"Ke depan ini jadi pelajaran. Karena kecelakaan yang sifatnya massal seperti ini, korbannya anak. Setiap tahun berulang di momen-momen outing class atau perayaan kelulusan di luar kota," ungkap Aris kepada NU Online, Senin (13/5/2024).
Sekolah, lanjut Aris, penting memperhatikan aspek keselamatan dalam penyelenggaraan outing class. Misalnya pemilihan transportasi perlu diperhatikan. Laporan pihak kepolisian, kejadian nahas yang menimpa para siswa SMK Lingga Kencana, Depok dari sisi transportasinya, tidak ada uji kelayakan. Tidak memiliki izin transportasi.
"Pemilihan kendaraan harus selektif. Tidak sekadar murah. Tapi betul-betul transportasi sehat dan layak untuk perjalanan peserta didik. Keselamatan peserta didik yang utama," jelasnya.
Pertimbangan lain, imbuh Aris, terkait output dari kegiatan tersebut. Jangan sampai lokasi jauh namun output-nya tak ada hubungan signifikan antara pemahaman materi dengan tujuan atau lokasi kelulusan.
"Bagaimana ketika mau menyelenggarakan outing class itu betul-betul mempertimbangkan aspek keselamatan anak, mempertimbangkan apa sih yang kemudian menjadi substansi dari outing itu untuk kemudian menunjang anak," tutur Aris.
Kesepakatan pihak sekolah dan orangtua
Sebelumnya, Ketua Bidang Informasi Yayasan Kesejahteraan Sosial Dian Nurfarida menjelaskan acara pelepasan siswa ke Bandung telah menjadi agenda tahunan dan merupakan kesepakatan antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
Termasuk tentang pemilihan tempat untuk acara perpisahan siswa, pihaknya sudah beberapa kali rapat dengan wali murid dan tidak langsung ditentukan lokasinya.
"Sudah kesepakatan sebelumnya. Tidak sekonyong-konyong atau tiba-tiba ditentukan, sudah dipilah, disurvei dan beberapa hal kami lakukan persiapan," ucapnya.
Dian menegaskan pihak sekolah telah menggunakan perusahaan otobus (PO) resmi untuk acara perpisahan ini. Ia percaya bahwa PO bus menggunakan bus yang layak. Alasannya, 2 bus lainnya sampai dengan selamat.
"Kalau kami enggak yakin, kami tidak akan memberangkatkan dari sini, kami berusaha memberikan yang terbaik untuk murid-murid kami," ujarnya.