Kedudukan Mulia Perempuan Pekerja menurut Nyai Badriyah Fayumi
Jumat, 6 Agustus 2021 | 15:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Kota Bekasi, Nyai Badriyah Fayumi, berpandangan bahwa perempuan pencari nafkah atau pekerja mempunyai kedudukan yang sangat mulia. Selain berpengaruh terhadap pengembangan diri dan ekonomi keluarga, fenomena ini menggeser cara pandang konservatif yang mengharapkan perempuan tinggal di rumah dan mengurus hal domestik saja.
"Dalam Islam, kita punya Ibu Khadijah yang mandiri secara ekonomi," ungkap Ny Badriyah dalam Podcast Halaqah Majelis Taklim yang disiarkan Jumat (6/8/2021).
Ia menyebutkan, predikat wanita karier bernada positif sangat layak bagi Khadijah, dia bukan saja mampu menopang ekonomi keluarga, tetapi menjadi penopang ekonomi umat, dan ekonomi utama perjuangan Islam. Tak ayal eksistensinya disebutkan oleh Rasul sebagai perempuan inspiratif.
"Dalam sebuah hadits, Khadijah adalah perempuan yang patut dijadikan inspirasi," ucap Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Keperempuanan MUI Pusat itu.
Dengan mengutip ayat 11 dari surat As-Saff, Ny Badriyah mengatakan peran dan kontribusi Khadijah tentu tidak bisa disepelekan. Sebagai istri Nabi dan muslimah pertama yang memeluk islam. Dia mempunyai peranan penting dalam suksesnya dakwah Nabi di fase-fase selanjutnya.
"Orang yang jahidu bi amwalikum adalah seorang perempuan, yaitu Siti Khadijah," kata mufasir lulusan Al-Azhar Kairo Mesir itu.
Diterangkan, hal itu tampak jelas saat terjadi pemboikotan sosial ekonomi atas Makkah yang berlangsung selama hampir 4 tahun. Siti Khadijah mengambil peran dengan membagikan harta kepunyaannya kepada yang lebih membutuhkan. Meski tak secara langsung berperan penting dalam peristiwa itu, tapi karena dia, paku pertama dalam penghancuran piagam pemboikotan diletakkan.
"Siapa pun yang mau makan, yang butuh keperluan. Ibu Khadijah berikan tanpa itung-itungan," terang Ketua Halaqah Majelis Taklim ini.
"Kekuatan ekonomi Khadijah juga berdampak pada posisinya di lingkungan Arab Makkah. Independensi ekonomi yang ia miliki menjadikan posisi Nabi kuat secara kultur dan politik," imbuh Ny Badriyah.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan