Sukabumi, NU Online
Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia mengajak semua lembaga pemerintah untuk mengkampanyekan kembali Biodesel B100. Selain hemat, Kementan menilai bahan bakar B100 lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar minyak yang saat ini digunakan masyarakat.
Ajakan itu disampaikan Plt. Sekretariat Jenderal Kementan, Momon Rusmono, saat membuka kegiatan Pertemuan Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) di salah satu Hotel di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (4/7). Bakohumas merupakan forum insan kehumasan di berbagai lembaga negara termasuk humas lintas kementerian.
"Sebagai insan kehumasan yang setiap harinya bergelut dengan berbagai permasalahan tentang pembangunan. Maka kita harus bisa mengekspos atau mempublikasikan program pembangunan dan hasil-hasilnya melalui berbagai saluran media, sehingga dapat diketahui dan diapresiasi oleh masyarakat luas," katanya di hadapan ratusan peserta.
Momon mengungkapkan, Badan Litbang Pertanian telah berhasil menciptakan satu inovasi yaitu bahan bakar alternatif Biodiesel B-100 yang dihasilkan dari bahan alami terbarukan seperti minyak nabati dan hewani. Kementan kata Momon, secara resmi telah melakukan uji coba perdana produk Biodiesel B-100 pada 15 April 2019 lalu.
Uji coba tersebut pertama kali digunakan pada mobil-mobil dinas di Kementerian Pertanian. Dari uji coba tersebut, para pengendara mobil mengaku, selama dua bulan menggunakan B100 merasakan bahwa penggunaan B100 lebih hemat. Kualitasnya juga setara dengan dex yang biasa dibeli masyarakat di Pertamina.
"Sebelum berhasil mengembangkan B100, Kementerian Pertanian sudah mengembangkan Biodiesel B20 menuju B30 selama kurun waktu 2014-2018," ungkapnya.
Ia menjelaskan, perkembangan B20 di Indonesia cukup pesat, sehingga Kementan berkomitmen akan terus melanjutkan penelitian agar B100 dapat digunakan seluruh masyarakat Indonesia sebagai pengganti BBM.
"Biodiesel ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti untuk kendaraan bermesin diesel," tuturnya.
Selama ini, ujar dia, biodiesel masih dicampur dengan bahan bakar minyak bumi, sementara minyak bumi harganya tinggi dan kapasitasnya kadang belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan pengembangan B100, biodiesel yang mengandung 100 persen bahan alami tanpa dicampur dengan BBM itu akan berdampak positif seperti efisiensi penggunaan dan jarak tempuh.
"Satu liter B100 menempuh perjalanan hingga 13,4 km, sementara satu liter solar hanya mampu 9 kilo meter," paparnya.
Manfaat lain, B100 termasuk energi ramah lingkungan karena karbon monoksida (CO) pada biodiesel lebih rendah 48% dibanding solar. Projek B100 juga berpengaruh positif terhadap kesejahteraan petani sawit, karena sawit Indonesia merupakan penyumbang devisa terbesar di Indonesia.
Hadir pada kegiatan itu, Panitia Penyelenggara sekaligus Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kuntoro Boga Andri, Ketua Umum Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (Perteta) Desrial, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (P4) Syafaruddin Deden, dan pegiat humas dari seluruh lembaga negara dan Kementerian di Indonesia.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi terkait dengan hasil penelitian B100. Pada kesempatan itu pula, seluruh peserta berdiskusi mengenai berbagai hal terkait dengan rencana pemerintah menggunakan b100 sebagai bahan bakar alternatif. (Abdul Rahman Ahdori)