Makassar, NU Online
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Arskal Salim, meyakini bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) mampu memberikan landasan berpikir, bersikap, dan keyakinan dengan faham dan wawasan keislaman yang memadai, terutama dalam menghadapi tantangan revolusi Industri 4.0.
"Revolusi Industri 4.0 itu sungguh kini berpengaruh kuat terhadap pola pikir, pola bertindak, dan pola bersikap dalam dunia keseharian kita. Di satu sisi, perkembangan teknologi melahirkan sejumlah kemudahan-kemudahan tertentu, namun di sisi lain semakin meningkatnya disrupsi yang terjadi, terutama di kalangan millenial," ungkap Direktur PTKI Arskal Salim.
"Sungguhpun demikian, efek dan tantangan revolusi industri 4.0 itu akan dapat disikapi dengan baik, terutama oleh kalangan perguruan tinggi keagamaan Islam," kata Arsakl dalam pembukaan Olimpiade Sain dan Karya Inovasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (OSKI-PTKI) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI di Makassar, Kamis (14/11).
Menurut Direktur PTKI, kemampuan keislaman tidak boleh lepas dari para mahasiswa dan dosen serta seluruh stakeholder sain dan teknologi di PTKI.
"Saya mengingatkan kepada para hadirin agar penguasaan terhadap keislaman ini jangan sampai lepas dari identitas kita. Gejala ekstrimisme, intoleransi, dan pemahaman yang sering kali melahirkan self-claim atas kebenarannya merupakan tanda dari minimnya penguasaan keislaman yang dimiliki," ungkap Guru Besar UIN Jakarta itu.
Lebih Lanjut Arskal menyatakan, pihak-pihak yang mempertentangkan keindonesiaan dengan paham keagamaan merupakan pihak-pihak yang mendestruksi persatuan dan kesatuan keindonesiaan kita.
Menurut Arskal, Kementerian Agama telah banyak memberikan sejumlah kebijakan dan program untuk memberikan penguatan civitas akademika PTKI secara nasional, seperti pendirian Rumah Moderasi Beragama pada PTKI, afirmasi bantuan untuk peningkatan kualitas riset, publikasi dan pengabdian kepada masyarakat, program bantuan 5000 doktor, program penerbitan 5000 buku, dan lain-lain.
"Maksud dan tujuan berbagai program itu adalah memberikan fasilitasi dan afirmasi kepada stakeholder PTKI agar menjadi sumber daya manusia yang andal dan berkualitas, yang memiliki komitmen membangun bangsa dan negara, serta membangun peradaban kemanusiaan yang lebih tinggi," ungkap Arskal.
Oleh karenanya, menurut Direktur PTKI, penyelenggaraan OSKI merupakan wahana meningkatkan kapasitas dan prestasi kita. "Meraih prestasi merupakan manivestasi jihad kita. Jihad itu adalah mencurahkan kemampuan kita untuk membangun peradaban, untuk membangun bangsa. Jihad itu melakukan reproduksi keilmuan. Jihad itu menemukan invention-invention baru. Jadi, penyelenggaraan OSKI ini perwujudan dari jihad kita," tegasnya.
Pembukaan Olimpiade Sain dan Karya Inovasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (OSKI-PTKI) diselenggarakan di Rumah Dinas Walikota Makassar, Sulawesi Selatan. Hadir dalam kegiatan itu, Pejabat Walikota Makassar, Muhammad Iqbal Samad Suhaeb, sejumlah Rektor PTKIN, pejabat dari UIN Alauddin Makasar, sejumlah Kepala Kemenag se-Provinsi Sulawesi Selatan, para Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN se-Indonesia, sejumlah ASN dari Direktorat PTKI, panita, dewan juri, dan peserta Olimpiade Sain dan Karya Inovasi (OSKI) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
Ajang OSKI berlangsung hingga Sabtu (16/11).
Editor: Kendi Setiawan