Ketua PBNU Gus Ulil Gelar Ngaji Bulanan Ilmu Martabat Tujuh, Bahas Kesadaran Merawat Alam
Ahad, 12 November 2023 | 16:45 WIB
Suasana pengajian rutin bulanan Kitab Tuhfah di kediaman Gus Ulil, Ahad (12/11/2023). Karena keterbatasan tempat, sebagian jamaah atau peserta ngaji berada di luar atau halaman rumah Gus Ulil. (Foto: Gusdurian Bekasi/Opi)
Bekasi, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menggelar pengajian bulanan Ilmu Martabat Tujuh dari kitab al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh an-Nabi karya Muhammad Ibnu Fadlullah al-Burhanpuri.
Pengajian rutin bulanan ini terselenggara atas kerja sama Gusdurian Bekasi Raya dengan Ghazalia College. Pesertanya, terbatas dan terseleksi atau hanya diikuti oleh sekitar 30 orang dari wilayah Jabodetabek.
Pengajian yang digelar di kediaman Gus Ulil, di kawasan Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat ini diadakan setiap Ahad pada akhir bulan hijriah. Pengajian ini pertama kali diselenggarakan pada Ahad, 30 Rabiul Awal 1445 atau bertepatan dengan 15 Oktober 2023. Sementara pertemuan kedua berlangsung Ahad hari ini, 28 Rabiul Akhir 1445 atau 12 November 2023.
Gus Ulil menjelaskan, kitab yang dikajinya ini berisi ringkasan ajaran Syekhul Akbar Ibnu Arabi, seorang sufi besar Islam asal Andalusia (Spanyol). Ia menerangkan, kitab ini pernah populer di Nusantara pada abad ke-17. Kini, Gus Ulil mengaku sedang mencoba merawat tradisi Islam Nusantara melalui pengajaran kitab Tuhfah ini.
Ia mengatakan, misi utama dari pengajian Ilmu Martabat Tujuh ini yaitu merawat tradisi ilmu Nusantara yang diajarkan para ulama terdahulu dan menanamkan kesadaran pentingnya merawat alam.
"Jadi hari ini adalah pertemuan kedua. Melalui Ilmu Martabat Tujuh ini kita memunculkan kesadaran bahwa alam itu suci, sakral. Karena alam ini di dalamnya ada unsur wujud mutlak yakni wujudnya Allah itu ada di dalam alam raya. Artinya alam ini adalah tajalli atau manifestasinya Tuhan," jelas Gus Ulil kepada NU Online, Ahad (12/11/2023). .
Gus Ulil kemudian mengungkap alasannya memilih kitab Tuhfah yang berisi Ilmu Martabat Tujuh untuk dikaji dalam pengajian bulanan ini. Menurutnya, kitab ini relevan dengan perubahan iklim dan kerusakan alam yang sedang melanda tanah air.
"Kita sekarang menghadapi problem climate change (perubahan iklim), kerusakan alam, eksploitasi alam yang sangat ekstrem sehingga menimbulkan kerusakan keragaman hayati, kerusakan lingkungan, dan timbulnya bencana alam. Ilmu ini kalau di diamalkan akan punya dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam isu lingkungan," jelasnya.
Menurut Gus Ulil, Indonesia masih punya reputasi buruk dalam persoalan merawat alam. Padahal alam merupakan sesuatu yang sakral, dan diharapkan manusia bisa memperlakukan alam dengan hati-hati. Merawat alam sama seperti merawat manusia.
"Terus terang, kita belum punya kepedulian yang cukup sebagai bangsa terhadap alam. Kita masih membiarkan alam dieksploitasi oleh para pengusaha yang hanya mengejar keuntungan saja. Ini adalah ilmu penting dalam Martabat Tujuh," tandasnya.
Sebagai informasi, pengajian rutin bulanan ini dimulai pada pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Pengajian dimulai dengan membaca shalawat burdah, mengkaji fiqih melalui Kitab Matan al-Ghayah wa at-Taqrîb karya Abu Syuja', dan diakhiri dengan membaca shalawat Tibbil Qulub.