Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Mesir untuk Indonesia Yang Mulia Yasser Hassan Farag Elshemy di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (4/3/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Mesir untuk Indonesia Yang Mulia Yasser Hassan Farag Elshemy di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (4/3/2024).
Gus Yahya mengatakan bahwa kunjungan Dubes Yaseer kali ini merupakan kunjungan silaturrahim sekaligus kredensial dari Presiden Indonesia yang menjadikan NU sebagai tempat prioritas yang perlu dikunjungi oleh Dubes Yaseer pasca-penugasan resminya di Indonesia.
“Pertama ingin menyambung silaturrahim antara Kedubes Mesir dan PBNU karena beliau baru dan beliau juga dapat kredensial dari Presiden Jokowi untuk mengunjungi PBNU,” kata Gus Yahya.
Gus Yahya dalam pertemuan itu juga membahas tentang potensi besar NU di masyarakat. Ia menerangkan, 60 persen penduduk Indonesia terafiliasi dengan NU karena itu NU menjadi modal yang besar dalam memainkan perannya mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah.
“NU memainkan peran yang signifikan dalam level nasional sebagai partnership pemerintah Indonesia dalam banyak kebijakan,” terangnya.
Di samping itu, terang dia, di level internasional NU juga bisa menjadi semacam second track diplomasinya pemerintahan Indonesia karena itu tidak heran kalau kemudian NU menjadi mitra dan juga partner strategis bagi beberapa agenda internasional dan nasional di pemerintahan Indonesia.
“NU juga mampu memberikan warna tentang identitas dan warna Islam Indonesia, dan itu menjadi soft power diplomasi Indonesia. Selain itu, NU bisa juga jadi alternatif lain bagi dunia muslim bahwasanya ada corak Islam di Indonesia, yang satu sisi menjadi dalang secara pemahaman keagamaan, sejarah dan tradisinya, tetapi di sisi yang lain juga dia bisa untuk berkonstektualisasi dengan dunia modern dengan konsep negara bangsa dengan dialog antar agama yang membawa perdamaian dan lain sebagainya,” papar Gus Yahya.
Lebih lanjut, Gus Yahya juga membeberkan tentang beberapa agenda internasional yang diinisiasi dan telah dilaksanakan oleh NU di masa kepemimpinannya, seperti R20, Muktamar Fiqih Peradaban, ASEAN IIDC, dan juga ISORA, kemudian Konferensi Asia-Afrika, dan Amerika Latin.
“Ini merupakan inisiatif-inisiatif besar yang dilakukan oleh PBNU dan menjadikan Indonesia ini menjadi pemain dalam kebijakan-kebijakan internasional khususnya berkaitan dengan perdamaian dan juga kemanusiaan,” ucapnya.
Dubes Yaseer memberikan apresiasi terkait agenda-agenda yang dipaparkan oleh Gus Yahya. Ia berharap mampu mengikuti jejak dan peran NU dalam menyuarakan kemanusiaan dan perdamaian.
“Saya merasa bahagia karena bisa berkunjung ke PBNU dan diterima langsung oleh KH Yahya Cholil Staquf. Saya tekankan bahwa hubungan antara Mesir dan Indonesia itu adalah hubungan yang telah lama sekali karena itu saya meminta doa dan saran dari KH Yahya agar juga bisa memainkan peran besar dan menjadikan hubungan baik antara Mesir dan Indonesia ini semakin meningkat lagi,” ucap Dubes Yaseer.