Diskusi Bulanan yang digelar Yasan Tali Buana Nusantara di PBNU, Jumat (13/12) (Foto: NU Online/Abdullah Alawi)
“Berat sebenarnya. Mau tidak mau, NU mengemban ini, yaitu harakah diniyah dan harakah wathaniyah, adalah gerakan keagamaan dan kebangsaan," katanya pada diskusi Pandangan Tokoh Nasional terhadap Eksistensi Fungsi dan Posisi NU Masa Kini dan Masa Depan yang berlangsung di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (13/12) malam.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan ini, NU dalam menjalankan amanat itu mengedepankan prinsip tawasuth, yaitu dalam cara berpikir tidak tekstual dan liberal. NU mengharmoniskan wahyu dan akal.
Posisi NU ini, kata Kiai Said, tidak mudah menjalankannya karena akan mendapatkan tantangan dari kiri dan kanan. Oleh karena itu, butuh kemampuan tersendiri dalam menempatkan diri.
Kiai Said juga menambahkan, percuma membikin perkumpulan atau berorganisasi jika tidak berupaya membangun martabat bangsa baik dari sisi tsaqafah maupun hadarah bangsanya sendiri, Indonesia.
Sebagai organisasi, kata dia, NU dalam menjalan organisasi juga untuk wa ishlahu bainan nas, yaitu membantuk masyarakat yang saleh.
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan