Jakarta, NU Online
Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), KH Asep Syaifuddin Chalim kembali mengingatkan tanggung jawab para guru NU yakni mengawal Indonesia. Tugas ini semakin nyata jika melihat peristiwa dan kondisi sosial politik masyarakat yang tercermin dalam aksi demonstrasi 21-22 Mei 2019 di Jakarta.
Pengasuh Pesantren Amanatul Umah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur itu menegaskan, lewat kejadian demonstrasi yang diwarnaik kerusuhan, menandakan adanya paham ekstremisme yang masih menjangkiti dan dianut sebagian unsur bangsa. Untuk mengantisipasi, menghilangkan dan mencegah hal serupa, Pergunu harus giat dan terus melakukan doktrinasi moderasi beragama dan berbangsa.
"Pergunu harus melakukan kombinasi moderasi, ketika negara kita dikuasai oleh kelompok ekstrem maka kita harus mendominasi kelompok moderat," kata Kiai Asep pada Halaqah Ramadhan Pergunu di Gedung PBNU Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Sabtu (25/5).
Indonesia, kata Kiai Asep, harus mampu mencegah lahirnya paham ektremisme, baik ektrem kiri maupun kanan. Kelompok eksrem kanan seperti Islam radikal, tak kalah membahayakannya dengan kelompok ekstrem kiri. Ia menyebut salah satu kekuatan ekstrem kiri dalam perjalanan sejarah bangsa adala kelompok sosialis yang pada tahun 1960-an, kekuatannya luar biasa.
"Kita memiliki kewajiban dominasi sekarang, untuk menyebarkan paham moderat di mana-mana, maka Indonesia akan menjadi baik," ujarnya.
Paham moderat, lanjut Kiai Asep, tidaklah keliru dianut para guru. Guru harus tawasuth. Hal itu untuk mencegah kemungkinan masuknya kelompok ekstrem kanan yang dewasa ini sebenarnya mulai terasa. Penting sekali pencegahan oleh guru-guru NU agar kelompok ekstrem kanan tidak memasuki pintu masuk-pintu masuk bangsa yakni dunia pendidikan.
Kiai Asep mengatakan beberapa sekolah melalui Rohis banyak dikuasai penganut ekstrem kanan. Hal itu harus diwaspadai sebab kelompok tersebut memiliki idealisme dan cita-cita yang berlawanan dengan kelompok moderat.
"Kita tidak paham cita-cita mereka, tapi kita wajib melakukan dominasi yang sesuai idealisme kita yakni Islam moderat. Dengan keyakinan itu, menjadi modal terwujudnya kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, penuh kedamaiaan. Itulah idealisme kita," ungkapnya.
Halaqah Ramadhan Pergunu dirangkai dengan diskusi dan bedah buku Manajemen Kemitraan, sebagai bekal kemandirian guru-guru NU melalui bidang kewirausahaan. Selain oleh guru-guru NU di DKI Jakarta, halaqah juga diikuti para guru NU dari Bandung, Bogor, Tasikmalaya, dan Banten. Hadir juga perwakilan dari organisasi profesi guru lainnya.
Adapun para pembicara yang hadir selain Ketua Umum Pergunu, KH Asep Saifuddin Chalim; adalah penulis buku Manajemen Kemitraan, Romi Siswanto; Direktur Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) Kementerian Agama, Imam Safei; Dewan Pakar Pergunu yang juga Rektor Universitas Terbuka, Ojat Darojat; pegiat pendidikan asal Jawa Timur, Hudiyono; Pengurus Pergunu, Ilyas Indra. (Kendi Setiawan)