Jakarta, NU Online
Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim menjelaskan makna di balik kalimat takbir ‘Allahu Akbar’. Hal ini ia kontekstualisasikan dengan momen Idul Adha yang selain terkait ibadah haji dan hewan kurban, juga lantunan takbir yang memang lekat dengan hari raya.
“Takbir Allahu Akbar itu maknanya Dzat Allah tidak terjangkau oleh alam pikiran dan akal kita,” jelas Kiai Luqman dikutip NU Online, Kamis (23/8) lewat twitternya.
Menurut Direktur Sufi Center Jakarta ini, salah besar jika dibayangkan ada sesuatu di sisi Allah dan menyertai-Nya lalu Allah lebih besar dibanding sesuatu itu.
“Allah SWT tidak disertai oleh apa pun dan tidak sesuatu pun bisa menyertai-Nya,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor ini.
Kiai Luqman memaknai kalimat takbir yang dilantunkan di hari raya sebagai berikut:
الله اكبر
Takbiri iblis dan setanmu
الله اكبر
Takbiri nafsu dan pendukungnya
الله اكبر
Takbiri dunia dan akhiratmu
لااله الاالله الله اكبر
Sirnalah kemusyrikan dan segala hal selain Allah
الله اكبر ولله الحمد
Allah Yang Abadi, Kemahasempurnaan-Nya Maha Terpuji
Ia juga menanggapi terkait penilaian bahwa Allah bersama hati manusia. Menurutnya hal itu tidak apa-apa. Tapi perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan hati. Bukan fisiknya jantung, namun kesadaran akan kebenaran atau kebatilan yang dilihat oleh mata hati.
“Tergantung hatinya, bila bersih suci akan berpihak pada Tuhan. Bila kotor akan berpihak pada nafsu dan setan,” terangnya.
Lebih jauh, Kiai Luqman memaparkan bahwa cukuplah rasanya bahwa Allah meridhai kita untuk beribadah kepada-Nya. Menurutnya, itu lebih agung dibanding bayangan-bayangan pahala yang bakal manusia dapatkan.
“Masa masih minta ganti rugi kepada Allah?” tandasnya. (Fathoni)