KH Miftachul Akhyar saat sedang mengaji Syarah Kitab Al-Hikam (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar menjelaskan tiga tingkatan zikir seseorang kepada Allah. Pertama, adalah zikir yang sekadar diucapkan dari lisan, tapi hatinya tidak ingat kepada Allah. Zikir semacam ini adalah kelas yang paling bawah.
"Karena lupa (tidak ingat Allah) yang begitu itu kalau disabari, ditekuni lama-lama akan naik. Semula lupa, akhirnya ingat. Lha ini adalah maqam yang pertama. Belum hudur (hadir hatinya)," katanya saat mengisi kajian rutin Syarah Al-Hikam di akun Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar, diakses NU Online, Sabtu (11/5/2024).
Orang yang zikirnya masih berada di tingkatan tersebut, hendaknya terus mengistikamahkan berzikir. Karena untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi menurut Kiai Miftach memang butuh latihan.
Baca Juga
Ini Keistimewaan Zikir Surat Al-Ikhlas
"Kalau lisan dan hati tidak bisa berzikir bersamaan, jangan ditinggalkan zikir. Terus berzikir. Tidak apa-apa, zikir terus. Begitu ingat Allah, tekanan zikirnya ditambah lagi," ajakanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur ini melanjutkan penjelasan tingkatan zikir yang kedua, yaitu zikir yang hatinya sudah ingat atau hadir kepada Allah. Begitu lisan berzikir, hatinya juga ingat akan Allah.
"Hudur (hatinya hadir) itu maqam yang kedua. Hatinya sudah hadir, madep (menghadap) kepada Allah," terang Kiai Miftach, sapaan kesehariannya.
Sementara tingkatan zikir yang ketiga adalah zikir yang hatinya selalu ingat hanya kepada Allah, tidak pernah ingat yang lain selain kepada-Nya. Zikir ini, kata Kiai Miftach, memiliki nilai yang tentu sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari dua tingkatan yang disebutkan sebelumnya.
"Lalu naik lagi, sudah tak ingat lagi selain kepada Allah. Hanya ingat kepada Allah. Nah ini maqam yang ketiga. Maqam yang tinggi nilainya adalah maqam yang ketiga ini," ujarnya.
Kiai Miftach menegaskan, manusia perlu terus meningkatkan kualitas zikirnya kepada Allah sehingga bisa menggapai maqam yang lebih tinggi. Meski tentu saja untuk naik kelas, waktu yang dibutuhkan setiap individu cenderung berbeda-beda. Sebagian lambat, lebih cepat, sebagian yang lain bisa saja stagnan.
"Zikir yang kelasnya paling tinggi adalah zikir yang tidak ingat selain Allah swt. Dan itu bisa dicapai oleh siapa saja. Kita harus punya keinginan untuk itu. Karena tidak sulit Allah menganugerahkan maqam itu kepada siapapun," tuturnya.
Kiai Miftach menyampaikan, seseorang perlu terus berlatih untuk bisa meningkatkan kualitas zikirnya. Cara yang paling mudah sebagai latihan adalah membiasakan menyertai setiap aktivitas yang dilakoni dengan selalu berzikir. Kendati hanya dengan lisan dan hatinya belum ingat Allah.
"Jadi, berzikir bagaimanapun keadaannya harus kita lakukan. Jangan sampai lupa. Di dapur pun zikir. Kecuali tempat-tempat yang jorok, cukup hatinya saja yang zikir," ucapnya.