KH Miftachul Akhyar Tegaskan Perjuangan NU Berdasarkan Lima Tujuan Syariat
Rabu, 31 Januari 2024 | 08:30 WIB
Yogyakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menginginkan agar NU terus memperjuangkan kehidupan yang lebih baik ini berdasarkan lima tujuan syariat (maqashidus syariah).
"Bahwa kita ketahui dalam kitab-kitab ushul fiqih ada lima ketentuan yang tidak bisa kita tinggalkan yakni hifdzud din (menjaga agama), hifdzun nafs (menjaga jiwa), hifdzul aql (menjaga akal), hifdzun nasl (menjaga keturunan), dan hifdzul mal (menjaga harta). Ini sebagai bekal kita untuk mengurus dunia ini," kata Kiai Miftach saat penutupan Konferensi Besar (Konbes) NU 2024 di Hotel Meliá Purosani, Yogyakarta, Selasa (30/1/2024).
Terkait menjaga agama, Kiai Miftach menegaskan bahwa dunia ini tidak akan terwujud jika tidak ada hifdzud din, karena agama inilah tatanan Allah yang diturunkan dengan pedoman-pedoman Al-Qur'an.
Mengenai menjaga jiwa, bagi Kiai Miftach, menjaga jiwa sama kaitannya dengan tidak melakukan pembunuhan sehingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang yang diakibatkan dari perbuatan mematikan manusia dengan sengaja. Kemudian ada menjaga jiwa yaitu dengan menghindari hal-hal yang diharamkan, termasuk minum khamar, melakukan kekerasan, dan perbuatan merusak lainnya.
Terkait menjaga keturunan, Kiai Miftach menyatakan bahwa perkawinan adalah salah satu bentuk paling nyata dalam melaksanakan tujuan dari hidup dengan menjalankan maksud dari syariat itu. Jika melakukan perzinahan, maka sejatinya orang tersebut, menurut Kiai Miftach sedang tidak bertanggung jawab pada kehidupan.
"Menjaga ketertiban populasi manusia untuk menjalankan amanah dalam masyarakat yang terdiri dari makhluk manusia. Besar sekali amanah yang ditanggungkan kepada kita. Maka dari itu, jika kita semua tidak seperti itu, jenis dan populasi manusia akan punah," jelasnya.
Mengenai menjaga harta, Kiai Miftach mengatakan penjagaan yang dilakukan itu akan melindungi diri dan dapat menjaga martabat. Efeknya, pertengkaran di antara manusia juga dapat diminimalisasi.
"Hifdzul mal adalah menjaga harta, dan menjaga martabat masing-masing, jangan sampai saling bertengkar," tegasnya.
Kiai Miftach mengatakan bahwa salah satu tugas amanah sebagai khalifatullah fil ardh yaitu pemimpin atau pengatur di permukaan bumi adalah menata dan menertibkan penggunaan sebagai bentuk syukur atas nikmat penciptaan.
"Sebagai bentuk syukur atas ni'matul ijad (keberadaan). Kita sudah maujud (ada) di dunia ini dan itu sebuah kemenangan dan kita bisa dianggap paling unggul dari makhluk-makhluk lain dan Allah telah mengumumkan di tengah-tengah makhluk yang mulia seperti malaikat sebagai khalifatullah fil ardh," ungkap Kiai Miftach.