KH Zulfa Mustofa Raih Anugerah Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Arudl dari UINSA Surabaya
Rabu, 25 September 2024 | 16:15 WIB
Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa saat menyampaikan orasi ilmiah penganugerahan doktor honoris causa dari UINSA Surabaya, Rabu (25/9/2024). (Foto: dok. istimewa/Ahamd Suaedy)
Surabaya, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa mendapatkan penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (H.C.) dari UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Rabu (25/9/2024). Kiai Zulfa Mustofa memaparkan makalah akademik anugerah doktor honoris causa berjudul Menghidupkan Kembali Syair Arab di Masyarakat Indonesia (Kajian Kontribusi keindahan Syair Arab sebagai Instrumen Penyampaian Pendidikan Karakter).
Apresiasi penganugerahan gelar tersebut tercantum dalam Surat Keputusan (SK) Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Nomor 1044 Tahun 2024 tentang Apresiasi UINSA atas Keahlian Langka Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Clausa (H.C.) kepada KH Zulfa Mustofa.
"Pertama, menganugerahkan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Clausa (H.C.) kepada KH Zulfa Mustofa dalam bidang Ilmu Arudl kasusasteraan Arab. Kedua, Kepada bersangkutan diberikan kewenangan untuk menggunakan gelar Doktor H.C. di depan nama penerima. Ketiga, Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan." Demikian bunyi dalam SK Rektor UINSA Surabaya.
Prof Akh. Muzakki, Rektor UINSA, mengatakan bahwa kampus UINSA tidak bisa jauh dari pesantren dan kiai, sebab berdirinya UINSA tak lepas dari jasa kiai dan pesantren.
"UINSA tidak bisa jauh dari Pesantren dan Kiai. Maka, hari ini kami ingin membayar lunas khidmah itu kepada pesantren dan Kiai, dan hari ini kami melangsungkan penganugerahan pemberian gelar kehormatan atas keahlian langka," ungkapnya.
"Proses untuk mendapatkan restu beliau mendapatkan penghargaan apresiasi kami atas atas keahlian langka ini cukup alot dan panjang prosesnya," lanjutnya.
Ia mengatakan, bahwa setelah ini kampus UINSA akan membuka pendidikan Doktoral Pendidikan Bahasa Arab serta Magister Sastra Arab yang akan melibatkan penerima gelar Doktor Honoris Causa dalam proses pengajarannya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof Moh. Ali Ramdhani, mengatakan bahwa pemberian penghargaan gelar Doktor Honoris Causa ini justru menambah kemuliaan kampus UINSA.
"Sesungguhnya pemberian penghargaan ini justru menambah kemuliaan UINSA bukan kepada beliau penerima gelar," ujarnya.
Namun dengan cara inilah, lanjut Ali Ramdhani, pihaknya dapat memberi kehormatan kepada para kiai, penghormatan terhadap penguasaan keilmuan. "Tentu bukan sekadar titik tekan keilmuan, namun juga keteladanan orang-orang hebat ini," kata dia.
Ia mengungkapkan bahwa awal mulanya Kiai Zulfa sempat menolak penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa ini sebab beberapa hal, namun kemudian dipaksa oleh pihak civitas akademika UINSA hingga akhirnya Kiai Zulfa menyetujuinya.
Ali Ramdhani tersebut berterima kasih kepada UINSA sebab telah mendekatkan pendidikan formal dengan pesantren.
"Saya selaku wakil dari Kemenag mengucapkan terima kasih kepada UIN Sunan Ampel yang telah mendekatkan pendidikan formal dengan pondok pesantren," pungkasnya.
Syair dan keindahan dakwah
Sementara itu, KH Zulfa Mustifa memberikan alasannya karena selama ini sering bersyair di berbagai kesempatan, yaitu karena ia menganggap syair sebagai keindahan, dan ingin menggunakannya untuk menyampaikan pemikiran dan kebenaran.
"Kenapa saya sering bersyair di berbagai kesempatan. Sebab syair itu indah, Allah itu indah. Al-Qur'an ini indah. Saya ingin menggunakan sesuatu yang indah ini untuk menyampaikan pemikiran dan menjadikan alat menyampaikan kebenaran," ungkap Kiai Zulfa.
Menurutnya, jika kebenaran tidak disampaikan dengan keindahan, maka akan lebih sulit diterima, membosankan dan mudah dilupakan. Keindahan tersebut, lanjut Kiai Zulfa, memiliki nilai lebih dalam, sebab berfokus pada cara menyentuh emosi dan rasa.
"Kebenaran berbasis kesesuaian data dan fakta, sementara keindahan itu berbasis kepada bagaimana dia bisa menyentuh emosi dan rasa kita," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa sebab keindahan itulah al-Qur'an yang berisi kebenaran lebih mudah dipahami, diterima serta mudah dihafalkan, sebab al-Qur'an itu indah.
Kiai Zulfa menjelaskan bahwa syair terus mengalami perkembangan. Para penyair sejak dahulu hingga kini, kata Kiai Zulfa, selalu mengajarkan keberanian, pendidikan karakter, cinta tanah air, bahkan cinta organisasi.
Kiai Zulfa kemudian menceritakan bahwa para masyayikh di zaman dahulu juga menggunakan syair untuk menyampaikan pemikiran dan pendidikan karakter, seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan Syaikhona Kholil Bangkalan.
Turut hadir dalam acara tersebut Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, serta pengurus PBNU lainnya, Gubernur Jawa Timur, dan Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Timur.