Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat pengajian Syarah Al-Hikam. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah swt diproyeksikan untuk kehidupan akhirat. Di dunia manusia hanyalah menjalani kehidupan sementara sebagai jembatan menuju kehidupan yang sebenarnya kelak di akhirat.
"Hakikat hidup di akhirat. Dan kita semua adalah makhluk proyeksi akhirat, makhluk yang diciptakan untuk selama-lamanya di akhirat dalam kenikmatan dan dalam anugerah Gusti Allah," katanya dalam tayangan Ngaji Kitab Syarah A-Hikam Bersama Abuya KH Miftachul Akhyar Pertemuan Ke-40 diakses NU Online, Senin (14/8/2023).
Oleh karena itu, Kiai Miftach, sapaan akrabnya mengajak untuk membiasakan sikap sabar selama masih berada di dunia. Sebab, dunia diciptakan untuk makhluk Allah, terutama manusia bersamaan dengan aneka cobaan atau ujian. Terlebih dunia tidak kekal, manusia juga akan meninggalkan dunia dan kembali kepada penciptanya, Allah swt.
"Apa-apa ya kita belajar sabar, dunia ini cuma sementara apa yang terjadi itu cuma sebuah cobaan bukan hakikat hidup. Monggo (Ayo silakan) kita belajar sabar, saya juga belajar sabar," ujar Kiai Miftach.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyampaikan, manusia sudah selayaknya menghiasi kehidupan di dunia dengan kesabaran. Sabar harus menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan di dunia, baik saat mendapat ujian ataupun tidak, sebab Allah swt telah memberikan anugerah yang tidak terhitung banyaknya kepada manusia di dunia.
"Orang yang menjadikan sabar dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menyusahkan dan menyedihkan dan dianggap itu (sabar) adalah hal yang pokok, maka itu termasuk persiapan yang paling utama, yang paling agung, beruntung dalam upayanya," ujarnya.
Kiai Miftach tak menampik bahwa realita yang terjadi pada sebagian manusia justru mengeluh dan putus asa saat ia mendapat ujian dari Allah. Sikap yang demikian kadang menjadi tabiat buruk manusia. Ia tidak menyadari bahwa banyak kenikmatan hidup yang juga sudah diterima di dunia.
"Kena musibah sedikit saja, hilang semua nikmat yang tadi dirasakan, itulah watak manusia. Apalagi kalau diuji, ngersulo (berkeluh kesah). Tapi kalau diberi nikmat, mulai kena penyakit baru yang namanya kikir bakhil akhirnya tidak mengakui anugerah Allah swt," terang Kiai Miftach.
Tabiat dan prilaku kurang terpuji itu menurut Kiai Miftach tidak selayaknya dihuni oleh manusia. Karena justru membahayakan dirinya. Mengeluh dan tidak terima dengan ujian yang datang dari Allah akan menghapus pahala dan mendatangkan dosa.
"Perbuatan seperti itu malah nambah bahaya. Ngersulo malah tambah bahaya. Malah dapat dosa dan menghilangkan ganjaran," jelas Kiai Miftach.