Kiai Miftachul Akhyar: Bangsa Besar Ditentukan dari Tegaknya Akhlak
Jumat, 29 Januari 2021 | 06:30 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa semua peradaban yang ada di dunia ini, tergantung dari bagaimana akhlak karimah (mulia) ditegakkan. Sejak dulu, telah banyak negara kuat yang runtuh karena moral dan akhlaknya juga runtuh.
Ia kemudian mengutip syair karya seorang penyair asal Mesir, Ahmad Syauqi Beik. “Bangsa yang besar ditentukan sebagaimana berdirinya dan tegaknya akhlak. Manakala akhlak runtuh, rusak, maka keberdayaan, peradaban, dan kekuatan sebuah negara akan runtuh pula,” jelas Kiai Miftah menerjemahkan syair berbahasa arab.
Pernyataan tersebut diungkapkan Kiai Miftah secara virtual, dalam gelaran Muhasabah dan Istighatsah untuk Negeri yang diselenggarakan MUI Pusat, di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (28/1) malam. Acara ini juga disiarkan langsung melalui kanal Youtube 164 Channel, Masjid Istiqlal TV, dan TV MUI.
Lebih lanjut Kiai Miftah menuturkan, akhlak adalah inti dari ajaran agama Islam. Ketiadaan akhlak, membuat bangsa yang sekalipun banyak orang saleh, pasti akan hancur. Mengenai ini, ia mengutip sebuah hadits.
Suatu ketika, Sayyidah Zainab mendatangi Rasulullah dan bertanya, “Adakah kami ini akan rusak, hancur, dan binasa, padahal di antara kami masih banyak orang-orang shaleh?” Lalu dijawab oleh Rasulullah, “Betul, bisa terjadi manakala akhlak dan moral sudah tidak menjadi sebuah bangsa dan sebuah generasi.”
Menurut Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, kelemahan sebuah bangsa adalah ketika sudah tidak memegang teguh akhlak terpuji. Ia menjelaskan, akhlak adalah hal terpenting untuk menentukan sebuah peradaban akan tergusur atau tidak dari permukaan bumi.
“Tidak adanya akhlak itu bisa menggerogoti kekuatan anak bangsa, terutama kaum muda. Mereka menjadi sulit bersaing dengan negara lain karena ketiadaan akhlak dan tidak ada juga cita-cita luhur,” terang Pengasuh Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur ini.
Ditegaskan bahwa di pundak para pemudi bangsa Indonesia dalam mengisi kehidupan, perlu menunjukkan moralitas yang baik. “Karena akhlak (adalah) penentu kedudukan yang sangat tinggi,” papar Kiai Miftah.
Untuk diketahui, acara muhasabah dan istighatsah diselenggarakan di Masjid Istiqlal dengan peserta terbatas. Di samping itu, kegiatan ini juga diselenggarakan secara daring dan diikuti oleh sekitar 700 umat Islam yang tersambung melalui aplikasi zoom.
Selain Kiai Miftah, hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI Pusat KH Ma’ruf Amin. Sebelumnya, acara ini diawali dengan pembacaan istighatsah yang dipimpin oleh Sesepuh Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al-Musawa.
Kemudian acara ditutup dengan doa yang dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Rais Syuriyah PBNU KH Nasaruddin Umar dan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH Muhammad Cholil Nafis.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad