Rais Syuriyah PBNU KH Musthofa Aqil Siroj pada sebuah acara di Gedung PBNU Jakarta. (Foto: dok NU Online)
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Aqil Siroj membagikan tips bagaimana cara menumbuhkan keimanan seseorang kepada Allah. Menurutnya selama ini, kerap terjadi perselisihan antara akal dan hati terhadap sesuatu yang datang dari Allah.
"Kita semua tahu akan kekuatan Allah Yang Maha Mutlak, absolut, menciptakan, membuat, berkehendak apa saja pasti terwujudkan. Hanya saja, persoalannya dari mana kita tahu Allah bisa jika tidak ada bukti," tutur Kiai Musthofa secara virtual dalam Pesantren Ramadhan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), pada Rabu (5/5).
Sebagai contoh, Allah mampu membuat orang menderita sakit gigi. Namun, manusia tidak akan mengetahui bahwa Allah mampu jika tidak ada orang lain yang menderita sakit gigi. Inilah, menurut Kiai Musthofa, disebut sebagai iman.
"Contoh, Allah mampu membuat orang sakit gigi. Kalau tidak ada orang yang sakit gigi, mana mungkin ada yang tahu bahwa Allah bisa. Jadi kita yakin bahwa Allah bisa itu kalau ada orang sakit gigi. Itulah iman," ucapnya.
Namun di balik itu, imbuh Kiai Musthofa, Allah akan meninggikan keimanan seseorang jika setelah meyakini bahwa Allah Maha Berkehendak, dilakukan ikhtiar. Ia pun menegaskan bahwa amal dapat meninggikan iman.
"Wal ‘amalu shalihu yarfa’uhu. Allah memberikan iman di dalam hatinya, setelah itu ikhtiar yakni shalat. Jadi, shalat inilah yang akan mengangat iman. Jadi pertama kita beriman bahwa Allah mampu segalanya, setelah itu kita ikhtiar," ujar Pengasuh Pesantren KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat ini.
Contoh lain, lanjut Kiai Musthofa Aqil, ada makhluk Allah yang tidak bisa terbang tetapi mencari rezeki di tempat yang biasa dilakukan oleh makhluk yang bisa terbang, yakni cicak. Hal ini sebagai tanda kekuasaan Allah yang mesti dilandasi dengan keimanan.
"Cicak itu tidak bisa terbang, tapi mencari rezekinya di atas. Kalau kata manusia itu orang gila, dia nggak bisa terbang kok cari makan bisa sampai atas. Tapi ternyata tidak ada cicak yang kelaparan," katanya.
Dari cicak itu kemudian dianalogikan pada kehidupan seorang manusia yang senantiasa diberikan rezeki oleh Allah. Setelah mengimani bahwa Allah mampu memberikan rezeki, maka setelahnya harus ditingkatkan dengan melakukan ikhtiar.
"Jadi kita yakin sekali bahwa Allah bisa memberikan rezeki. Setelah yakin, kita mencarinya. Disuruh beramal. Attawakul ar-ridha fil qalb al-amal fil jawarih, hati ridha dan amal bekerja di dalam anggota badan," pungkasnya.
Pemaparan KH Musthofa Aqil tersebut menjadi bagian dari upaya dakwah MTT selama Ramadhan 1442 Hijriah ini. Pada pembukaan pengajian Ramadhan, 14 April 2021 lalu, Dirut PT Telkomsel, Setyanto Hantoro menyampaikan meski masih ada wabah, MTT tetap berikhtiar dan semangat menyambut Ramadhan dan mengharapkan berkah serta magfirah di bulan suci.
"Hablum minallah dan hablum minannas kita tingkatkan, karena pahalanya akan berlipat-lipat," harap Setyanto. Pada kesempatan itu juga Setyanto mengingatkan bahwa agama Islam memasukkan kerja adalah ibadah.
"Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan penuh ketekunan dan penuh upaya. Bahkan Rasulullah menempatkan aktivitas bekerja dan berkarya sebagai ibadah utama. Dan, ini sejalan dengan semangat yang dihadirkan Telkomsel, yaitu membuka pintu kebaikan," jelasnya.
Ketua II MTT Soewarno yang membidangi Program Dakwah, dalam bulan Ramadhan 1442 Hijriyah atau 2021 Masehi ini, kegiatan dakwah MTT dibalut dengan tema Pesantren Ramadhan: Bulan Penuh Keberkahan Yuk Sambut Rahmat-Nya dengan Penuh Rasa Syukur. Kegiatan dakwah yang dilakukan mencakup Aqidah, Fiqih Ibadah, Tafsir Quran, Sejarah Islam, Akhlaq dan Pendidikan Keluarga.
Tujuan melaksanakan kegiatan dakwah bagi MTT, kata Soewarno, adalah mewujudkan insan Muslim Telkomsel yang berkarakter mukmin, muhsin, dan mukhlis. "Selain itu, menyemarakkan syiar Islam bulan Ramadhan di lingkungan Telkomsel, perkantoran dan masyarakat luas," ujarnya.
Sedangkan bentuk kegiatan, Soewarno menjelaskan, cukup beragam. Seluruh kegiatan yang diikuti anggota via CloudX yakni meliputi Kajian Pra (Tarhib) Ramadhan, Tematik Utama, Jumat Dhuha dan Spesial Kitab Kuning. Kemudian Majelis Dzikur, Tadarus, dan Nuzul Quran, Workshop Fiqih, dan Publikasi Syiar Pesantren Ramadhan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam jam-jam tersebut. Seperti Kajian Pra Ramadhan setiap usai Shalat Dzuhur, pukul 12.30-13.30 WIB. Dalam Kajian Pra Ramadhan ini, dihadirkan tokoh agama seperti Habib Abdurrahman Al Habsyi dan ulama muda putra mantan Ketua Umum PBNU almarhum KH Hasyim Muzadi yaitu Gus Yusron Sidqi. Sedangkan Kajian Kitab Kuning dilaksanakan setelah Sholat Ashar, pukul 16.00-17.00 WIB.
"Kajian Kitab Kuning ini juga menghadirkan para kyai yang sudah tidak asing lagi. Seperti, KH Abdul Rojak, yang membahas Kitab Irsyadus Sari yang membahas Risalah Ahlus Sunnah Wall Jamaah, karya Hadratussyaikh Hasyim Asyari. Kajian Kitab Kuning ini diharapkan anggota MTT makin bertambah ilmunya tentang keislaman secara benar dan kaffah," paparnya.
Sedangkan untuk Jumat Dhuha dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 07.00-08.00 WIB. Dan Majelis Dzikir setiap hari pukul 17.00 hingga 18.00 WIB. Sementara Kajian Utama Tematik Ramadhan, papar Soewarno, dilaksanakan Senin hingga Kamis, mulai 13 April hingga 12 Mei mendatang.
Seluruh kegiatan yang dilakukan via CloudX ini, tambah Soewarno, sekaligus ingin membuktikan pada karyawan muslim Telkomsel, bahwa mengkaji ilmu Islam bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Bisa menghadirkan para kyai dan ulama besar meski tidak secara personal melainkan secara daring.
"Kami ingin tekankan pada seluruh anggota MTT yakni menjadi Muslim yang berkarakter di tengah pluralisme masyarakat Indonesia sangatlah penting. Terlebih dalam kondisi masih pandemi, bukan berarti jalan berdakwah terhenti. Kami punya teknologi dan itu bisa dimanfaatkan untuk apa saja termasukan melaksanakan syiar Islam. Mudah-mudahan kegiatan ini memberikan berkah bagi kehidupan karyawan Telkomsel dan memberikan manfaat bagi masyarakat umum," pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan