Yogyakarta, NU Online
KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh, Rais Aam PBNU (1999-2014) merupakan sosok kiai ideal untuk umat Islam sekarang ini. Mbah Sahal merupakan gabungan dari sosok cendekiawan, kiai, dan pemikir, meski sosok kiai lebih dominan.<>
Hal tersebut disampailkan Ulil Absar Abdalla, saat menjadi salah satu pembicara dalam Diskusi dan Bedah Buku “Belajar dari Kiai Sahal”, yang diadakan oleh Pengurus Pusat Keluarga Mathali’ul Falah (KMF) bekerjasama dengan KMF Yoyakarta dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (19/05), di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga.
Pernah mengenyam pendidikan menengah di Pesantren Mathali’ul Falah Kajen, Pati, yang merupakan asuhan Kiai Sahal, membuat Ulil Abshar Abdalla merasa beruntung pernah ngaji secara langsung kepada Kiai Sahal. “Saya beruntung menjadi murid Kiai Sahal,” ungkapnya.
Sosok yang dikenal liberal ini mengungkapkan, Kiai Sahal jelas bukan orang seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ataupun Nur Cholis Majid (Cak Nur) yang notabene-nya merupakan cendekiawan. Namun Kiai Sahal juga bukan seperti Kiai ‘kluthuk’ atau kuno yang hanya berkutat dengan kitab kuning dan mengasuh santri di pesantren. Pun Kiai Sahal juga pasti bukan seperti kiai Islam garis keras, seperti KH Kholil Ridwan.
“Ada kombinasi yang menarik dalam diri Kiai Sahal, sehingga memiliki kemampuan untuk membuka diri pada kemungkinan yang lain. Kiai Sahal adalah sosok yang thinking of out the box, memikirkan hal yang tidak lazim,” tegasnya.
Menantu dari KH Musthofa Bisri (Gus Mus), Rais Aam PBNU ini menambahkan bahwa Kiai Sahal adalah sosok kiai yang tidak menggembor-gemborkan ijtihad dan pembaharuan, namun pada dasarnya beliau telah melakukan pembaharuan.
Ia melanjutkan, sosok seperti Kiai Sahal sebenarnya banyak sekali. Kiai tersebut melakukan kontekstualisasi fiqih tanpa di-embel-embel-i kepentingan dan atau ideologi politik. “Pendidikan ala pesantren lah yang bisa mencetak orang-orang seperti Mbah Sahal,” tandasnya. (Dwi Khoirotun Nisa’/Anam)