Rembang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, KH Maimoen Zubair adalak sosok ulama agung sang qudwah yang mampu mengimplementasikanya secara sempurna dalam kehidupan di era milenial seperti saat ini.
"Mbah Moen merupakan ulama agung yang mampu mewarisi dakwah ulama Wali Songo di bumi Nusantara ini yakni mengedepankan Islam Wasathiyah dengan nilai-nilai Tawassuth (moderat) dan Tasamuh (toleransi)," ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Kiai Said saat menghadiri peringatan 7 hari wafatnya KH Maimoen Zubair di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Senin (12/8) malam.
Dikatakan, Mbah Maimoen sebagai orang yang mengimplementasikan prinsip pribadi besar yang jauh dari eksklusif, mengikuti Imam Syafi’i dan kita ikut Mbah Mun. Mari kita teruskan pribadi yang besar ini walaupun menghadapi tantangan yang sangat berat.
"Putra beliau siap menghadapi tantangan yang berat ini Insyaallah, sebaik-baik orang mempunyai keturunan yang hebat, dan beliau pun membangun kebesaran-Nya, kita menghadapi era yang sangat menantang, kalau kita tidak siap kita akan tergusur, monggo sareng2 nderek ulama," tandasnya.
Kiai Said menambahkan, Mbah Moen mengimplementasikan sikap toleransi yang sangat luar biasa, maka semua pihak hormat dan segan terhadap beliau. Tasawuf tidak akan lahir apabila tidak dibawa oleh orang yang berakal.
"Al-Qur'an menyebutkan, janganlah kamu mencaci maki orang yang tidak menyembah Allah. Kalau kita mencaci maki mereka, mereka akan mencaci maki Allah," tegasnya.
Pada peringatan Hari ke-7, Puluhan ribu umat Islam memadati area Pesantren Al-Anwar Sarang untuk mengikuti yasinan dan tahlil serta kirim doa untuk mendiang KH Maimoen Zubair (Mbah Moen).
Jajaran kepolisian mengalihkan arus lalu lintas di jalur Pantura Rembang ke jalur alternatif untuk memecah kemacetan. Karena sejak pukul 15.00 wib jalanan Rembang yang menuju arah Surabaya sudah dipadati masyarakat dari dalam dan luar kota Rembang yang tidak mau melewatkan hari ke-7 mangkatnya Pengasuh Pesantren Al-Anwar itu.
Bukan hanya pengurus PBNU, Pengurus Pusat PPP, para habaib, dan jajaran PWNU Jawa Tengah dan Jawa Timur tak mau melewatkan momentum tersebut. Sejumlah kiai dan habib memimpin jalannya tahlil untuk Mustasyar PBNU ang wafat di Makkah, Arab Saudi itu.
Dalam kesempatan itu, putra bungsu Mbah Moen, KH Muhammad Idror (Gus Idror) didaulat sambutan sebagai perwakilan keluarga. Dirinya membeberkan cerita singkat Mbah Moen yang selama ini belum pernah diketahui oleh publik.
"Mengenai teks yang tidak sama yang di ajarkan di Pesantren Al-Anwar didapat Mbah Moen darul Ruhani. Sehingga hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya," jeasnya.
"Karena Abah Saya sudah dipanggil kembali oleh Yang Maha Hidup, saya baru berani bercerita. Dalam Qoshidah "Sa'duna Fid-dunya" mungkin ada teks yang tidak sama dengan teks yang di Pesantren Al-Anwar. Hal itu karena Abah mendapatkan teks itu bukan dari alam dzohir seperti ini, tetapi didikte dari alam ruhani (ghoib)", kata Gus Idror.
Selain Kiai Said, Habib Abdullah Bin Abdurrohman juga memberikan taushiyah mengenang perjalanan hidup Kiai Maimoen Zubair. (Ahmad Asmui/Muiz)