Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berpendapat pernyataan gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau akrab dipanggil Ahok menyinggung perasaan umat Islam, bukan menistakan.
“Siapa pun yang menyatakan seperti itu, meskipun Pak Haji, MUI, takmir masjid atau siapa saja, pasti akan menyinggung umat Islam, apalagi oleh orang lain. Tapi soal menista atau tidak kita serahkan kepada pihak kepolisian,” katanya saat menemui Perhimpunan INTI di Gedung PBNU, Senin (7/11).
Pengasuh pesantren Al-Tsaqofah ini menjelaskan, ia tidak mempermasalahkan agama, tapi ucapannya. Kalau hal tersebut dilakukan dengan santun dan bermartabat, tentu akan dihormati.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Said juga menyatakan pentingnya menjaga komunikasi dan silaturrahmi antar ulama dan umara (pemerintah). “Jangan sampai silaturrahmi dengan ulama hanya pas kondisi genting saja,” tandasnya.
Ia mencontohkan yayasan Budha Suci yang dalam kondisi apapun, tetap saja menjalin silaturrahmi dan membantu masyarakat tanpa diminta sehingga keberadaanya diapresiasi.
Banyak sekali hal yang bisa dikerjasamakan antara organisasi keagamaan seperti NU dan pemerintah seperti bidang kesehatan dan pendidikan. “NU selama ini tidak pernah menerima dana dari APBN, tetapi kita jalan terus membina masyarakat. Kalau ada dukungan, ini lebih baik,” tuturnya.
Di hadapan pengurus INTI, Kiai Said menegaskan sikap kebangsaan NU adalah moderat. Diminta atau tidak NU tetap mempertahankan NKRI dan Pancasila. Dijelaskannya, tantangan kebangsaan ke depan semakin berat karena saat ini ada 4 persen penduduk Indonesia yang setara dengan 10 juta orang, menjadi pendukung ISIS. Data lain yang cukup memprihatinkan adalah 27 persen penduduk Indonesia tidak paham Pancasila. (Mukafi Niam)