Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menghadiri kegiatan pelantikan PCNU Serang. (Foto: NU Online/Abdul Rahman Ahdori)
Serang, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, sampai hari ini eksistensi NU tetap diperhitungkan masyarakat Indonesia dan dunia. Hal itu tidak lepas dari sikap NU yang menjunjung tinggi tawasuth (moderat) dan tasamuh (toleran). Kiai Said menyebut sikap moderat dan toleran sebagai kebutuhan bangsa Indonesia dan negara-negara di dunia.
"Sekarang dibutuhkan baik nasional maupun internasional," ucap Kiai Said saat menyampaikan mau’idhah hasanah di sela-sela pelantikan Pengurus Cabang NU Kabupaten Serang masa khidmat 2021-2026 yang digelar di Pesantren At-Thohiriyah Moderat, Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (4/12/2021) siang.
Dijelaskan Kiai Said, sikap moderat dan toleran selaras dengan perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 153 yang menyebutkan bahwa umat Islam harus menjadi umat yang toleran dan moderat, umat yang tidak tekstual, tidak jumud dan tidak radikal.
Umat Islam, kata Kiai Said, harus bisa menerapkan sikap moderat di segala aspek kehidupan, baik yang berhubungan dengan kehidupan dunia maupun yang berkaitan dengan pemahaman agama atau akhirat.
"Itulah washatiyah. Baik itu wasathiyah dalam aqidah, syariah, akhlaq, siyasah, hadharah wa tsaqafah. Semua mengambil jalan tengah," tuturnya.
Kiai Said mengambil contoh wasathiyah dalam aqidah, NU mengikuti mazhab Abu Hasan Al-Asy'ari yang menggabungkan antara Al-Qur'an, hadits dan akal. Menurut Kiai Said, jika hanya Al-Qur'an dan hadist yang dipelajari, umat Islam akan sangat kaku. Demikian juga dengan akal, jika semua hal yang berkaitan dengan keyakinan dipahami oleh akal semata, maka orang tersebut akan liberal.
"Digabungkannya Al-Quran, hadist dan akal maka lahirlah sifat 20 bagi Allah, 20 sifat yang mustahil bagi Allah, 1 sifat yang jaiz bagi Allah, 4 sifat yang wajib ada bagi para Rasul. Semuanya 50. Itu hasil produk ijtihad Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dalam membangun aqidah Aswaja," beber Kiai Said.
Kiai asal Cirebon ini lantas mengutip surat Al-Fath ayat 10, jika diartikan secara tekstual ayat itu akan bermakna “Tangan Allah di atas tangan orang-orang kafir”. Sebab itulah dibutuhkan proses takwil untuk mengetahui makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur'an. Lalu pada surat Arrahman ayat 27, jika diartikan secara tekstual akan dimaknai “Semua akan rusak kecuali wajah Allah”.
"Padahal bukan wajah, kalau ditakwil berarti dzatnya Allah," ucap Kiai Said.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aiz Luthfi